Home Artikel Politisi Peduli Dimanakah Kini?
Politisi Peduli Dimanakah Kini?

Politisi Peduli Dimanakah Kini?

by Imam Nawawi

Indonesia akan lebih baik jika semua politisi mempunyai rasa peduli. Mereka tidak hanya menawarkan gagasan, tetapi memang bekerja dengan kesadaran tertinggi, yaitu iman. Tetapi pertanyaannya, dimanakah mereka kini?

Politisi yang tidak peduli dengan demokrasi, akan mudah melakukan penyelewengan aturan. Kecerdasannya ia gunakan untuk “mengakali” regulasi.

Ilmuwan yang tidak peduli nilai, integritas, etik dan moral, juga akan membenarkan yang salah dan sebaliknya, menyalahkan yang benar. Pada akhirnya, semua menjadi destruktor bagi kehidupan demokrasi itu sendiri.

Baca Juga: Saat Manusia Berubah Jadi Monster

Politisi hendaknya tidak pragmatis. Tetapi seorang politisi itu sadar dan peduli, minimal terhadap hatinya sendiri, jangan sampai buta, terkunci atau mengeras laksana batu.

Akhirnya perjalanan waktu menjadikan dirinya hanya sebagai politisi yang peduli sesuatu dengan kamuflase. Bicara etika namun dirinya jauh dari manifestasi etik yang ia tuturkan.

Mereka sepertinya tidak mengerti, apa itu peduli. Peduli artinya mengindahkan, memperhatikan, menghiraukan.

Dan, sebagai politisi apa yang perlu ia hiraukan selain daripada aspirasi rakyat kecil? Ya, aspirasi rakyat kecil, bukan hawa nafsu diri yang pandir.

Peduli Pada Hati Sendiri

Seorang politisi akan mudah menjadi sosok peduli hanya kalau ia peduli terhadap hati sendiri.

Sama dengan orang yang peduli terhadap kesehatan badan. Ia akan menjaga pola makan, hidup teratur, bergerak fisiknya. Dan, menghindari hal-hal membahayakan.

Begitupun politisi yang peduli dengan hatinya sendiri. Ia akan merawat hati yang ada dalam dadanya dengan sungguh-sungguh.

Ia akan berusaha membaca Alquran, ibadah dengan baik, dzikir, tawakal, dan menjauhi keburukan yang dapat merusak kebaikan hati.

Sosok seperti itu ada pada Umar bin Khattab. Ia rela melakukan kegiatan kenegaraan sebagai pemimpin di tengah malam demi memastikan tidak ada rakyat yang kelaparan.

Mengapa Umar melakukan itu, simpelnya karena Umar peduli dengan hatinya. Hatinya ia jaga agar terawat iman dan takwa, sehingga dalam memimpin ia tidak terjebak bujuk rayu setan.

Interaksi

Politisi yang akan berhasil pada 2024 dan seterusnya hanya yang mau berinteraksi.

Melihat langsung, bahkan merasakan apa derita yang rakyat rasakan.

Lihat dapur-dapur rakyat di tempat kos. Rasakan bagaimana mereka bisa sabar berada dalam ruangan pengap.

Baca Lagi: Menunggu Tanpa Jemu

Lalu kembalilah ke rumah besarnya, partai apapun. Lalu merenung dan berpikirlah, kebijakan apa yang membuat hati Anda sebagai politisi tetap hidup. Tidak malah membiarkannya mati dan mematikan nalar orang

Politisi yang peduli itu sederhana. Ia tidak sibuk dengan menyalah-nyalahkan orang dan partai lain. Ia hanya fokus dengan dirinya bagaimana hatinya tetap terjaga.

Ia mau melakukan tindakan kecil, sederhana, namun dapat memberikan dampak besar bagi masyarakat.

Dan, kalau kita coba telusuri, apakah masih ada politisi yang peduli seperti itu, yang siap menjadi pemimpin pasca Pemilu 2024?*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment