Home Kajian Utama Petunjuk-Petunjuk Hebat
Petunjuk Hebat

Petunjuk-Petunjuk Hebat

by Imam Nawawi

Saat itu pukul 05:30. Kawasan Menteng, Jakarta Pusat masih belum menunjukkan gairah. Hujan masih ingin memeluk bumi. Kendaraan hanya bisa dihitung jari. Dalam suasana tubuh diserbu dingin, saya memilih menulis sebuah artikel. Tiba-tiba kolega saya berkata. “Ini jam yang tepat kita ngopi, bro,” katanya.

Informasi yang bagus, apalagi kolega itu langsung memanaskan air dan membuat kopi. Alhamdulillah, ada kehangatan bisa kurasakan. Nikmat yang luar biasa.

Usai menyeruput kopi pahit itu, saya bertanya. “Darimana informasi jam ini yang terbaik buat ngopi?”

Dia menjawab, “Saya baca riset yang media online kabarkan”.

Saya kembali penasaran. “Apakah sempat dicek riset itu dilakukan dimana?”

“Memang bukan di Indonesia,” katanya merespon.

“Apakah kita harus mempercayainya begitu saja?”

Kolegaku tersenyum. “Saya akan baca cari riset yang lain,” jawabnya.

Kami pun menikmati kopi pahit yang masih hangat itu dengan segera.

Petunjuk

Riset memang bisa jadi cara orang mendapat petunjuk tentang waktu, aktivitas, kadar atau apapun yang bisa dilakukan dengan baik.

Misalnya ketika hendak sarapan, jam berapa yang paling bagus bagi pencernaan. Kemudian jenis makanan apa yang terbaik. Riset bisa memberi petunjuk akan hal itu.

Namun, ada satu petunjuk yang basisnya bukan riset. Tetapi langsung firman Allah SWT. Jadi, siapa mengikuti, pasti bahagia, beruntung dan sukses.

Sayangnya sebagian orang belum meletakkan petunjuk-petunjuk itu sebagai cara mengelola perhatian, waktu dan kegiatan.

Sebagai contoh, kapan waktu paling baik untuk merasakan “sensasi” membaca Alquran. Jawabannya adalah pada saat shalat Tahajud, tengah malam.

“Bangunlah di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya).” (QS. Al-Muzzammil: 2).

“Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk).” (QS. Al-Muzzammil: 6).

Jika ingin pembuktian, setting waktu untuk malam nanti. Bangun, shalat Tahajud dan bacalah Alquran. Rasanya pasti akan berbeda sekali.

Integrasikan

Petunjuk dalam Alquran memang hanya akan jadi perhatian dan panduan bagi orang yang bertakwa. Itu sudah syarat dari Alquran sendiri (QS. Al-Baqarah: 2).

Tugas kita sekarang adalah bagaimana mampu melakukan integrasi antara riset-riset tentang kehidupan dunia ini dengan petunjuk yang Allah berikan.

Baca Juga: Refleksi Hikmah tentang Makan

Soal makan misalnya. Otak memerlukan waktu 20 menit untuk memberi sinyal ke lambung bahwa makan sudah cukup, kenyang. Tetapi kalau dalam waktu 20 menit seseorang terus makan, maka itu berlebihan.

Akibatnya lambung akan membesar melebihi ukuran normal. Saat itu terjadi, lambung menekan organ-organ lain.

Dampaknya, orang itu akan merasa tidak nyaman. Hal itu juga memungkinkan asam lambung naik ke kerongkongan. Kemudian lambung menghasilkan banyak gas. Puncaknya tubuh merasa lesu dan mengantuk.

Nah, sebelum manusia mengenal riset, Alquran telah memberikan petunjuk jelas.

“Makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.”(QS. Al-A’raf, Ayat: 31).

Oleh karena itu, sebagian ulama, seperti Imam An-Nawawi dan Imam Ar-Rafi’i menghukumi makan berlebihan sebagai kegiatan yang makruh. Ulama yang lain malah mengharamkannya.

Dari kasus ini kita bisa melihat bahwa seorang Muslim idealnya memang cerdas. Ia mampu mengintegrasikan apa yang riset hasilkan dengan apa yang jadi petunjuk dalam Alquran. Karena setiap petunjuk dalam Alquran kita yakini dan jalankan, “kehebatan” akan datang dalam hidup kita.

Semoga Allah memberi kita semua kebaikan ilmu dan amal.*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment