Anak-anak TK Sakila Kerti merambah aula tempat wisuda dengan baris berbanjar. Satu persatu anak-anak itu menarik langkah ke depan mengikuti komando Ibu Guru. Dan, tampak sekali kebahagiaan dalam hati mereka. Kang Maman yang ada di sampingku mendekatkan wajahnya dan menyajikan makna atas fakta itu. “Ini adalah pesta bagi mereka, satu hal yang sangat istimewa,” katanya sembari menahan laju air mata yang mulai deras. Saya sependapat dengan Kang Maman, inilah “Pesta Hati di Sakila Kerti.”
Anak-anak itu selain polos juga menampakkan kehidupan kesehariannya. Kang Maman mengajakku melihat seorang anak yang melepaskan sepatunya. “Itu karena ia menampakkan kehidupan sehari-harinya, sebagai anak yang tumbuh dari keluarga biasa. Namun ia sangat bahagia menjalani prosesi wisuda ini,” ungkap Kang Maman yang kali ini harus mengusap air mata dengan melepas kacamatanya.
Anak-anak TK Sakila Kerti memang berasal dari keluarga pedagang asongan, tukang parkir, penjaga toilet, pengemis dan warga yang tinggal di sekitar terminal. Kang Maman dengan upayanya untuk “ngeroso” menangkap kebahagiaan hati mereka. Jika tak sedang meneteskan air mata, Kang Maman tersenyum kepada mereka, menyapu satu demi satu wajah anak-anak yang bershaf-shaf di depan.
Gratis
Sakila Kerti merupakan lembaga pendidikan yang telah dan tengah memberdayakan keluarga miskin untuk mendapat akses ilmu. Dr Yusqon adalah sang nahkoda dari “bahtera” bernama Sakila Kerti itu.
Sakila Kerti sendiri berada di Terminal Bus Antar Kota Tipe A, Kota Tegal.
Baca Juga: Apa Solusi dari Kita?
Kepada Bunda Aisah, Pengawas Vanilla Hijab, pria yang pernah menjadi Ketua Umum Pengurus Pusat Forum Perpustakaan Sekolah Madrasah Indonesia (FPSMI) tahun 2023-2026 itu melafadzkan bahwa sejumlah 100 lebih anak-anak TK itu belajar di Sakila Kerti bebas biaya, gratis semuanya.
Sampai pada penghujung acara, Bunda Aisah mengatakan bahwa apa yang ada di Sakila Kerti ini luar biasa. “Benar-benar menginspirasi,” katanya.
Tak sekadar hadir, Bunda Aisah membawakan 120 box nasi untuk makan siang seluruh wisudawan, termasuk guru dan pengurus dari Sakila Kerti.
“Alhamdulillah ini pengaturan Tuhan,” terimakasih BMH, terimakasih, Mas Imam,” ungkap Dr Yusqon berulang kali kepadaku.
Terus Menyala
Tahun 2023, tepatnya 12 Juni, Sakila Kerti berhasil menggelar wisuda peserta didik. Mulai dari TK, RA-PAUD, Kejar Paket A, B, dan C, serta kelas Qurani lansia. Kini 8 Juni 2024 hal serupa juga sukses dilaksanakan.
Artinya Sakila Kerti adalah lembaga pendidikan yang telah berpengalaman dan bahkan bersenyawa dengan kehidupan masyarakat.
Baca Lagi: Seni Menerima Kenyataan
Dalam kata yang lain, dukungan kita semua, terhadap pendidikan di Sakila Kerti, menjadikan kebaikan ilmu dan amal terus menyala di Kota Tegal.
Sisi yang sangat menarik adalah peserta didik dari kalangan senior, bisa kita sebut telah nenek-nenek. Namun upayanya belajar membaca Alquran benar-benar tak kenal kata padam. Literasi memang menerangi sekaligus menggerakkan.
15 Kambing
Saya yang hadir selaku Kepala Humas BMH Pusat, tidak sekadar hadir, lalu bahagia dan bangga dengan gelaran pesta hati itu. BMH yang dipercaya umat menitipkan kepedulian bahwa telah siap 15 ekor kambing untuk Idul Adha nanti, yaitu 17 Juni 2024.
Dr Yusqon pun tak berhenti menyampaikan rasa syukur dan bahagia. “BMH datang ini, kehendak Allah,” ucapnya penuh syukur.
Mengapa masyarakat Sakila Kerti penting mendapatkan daging kurban?
Bukan semata karena mereka pedagang asongan, tukang parkir dan pengemis. Tetapi mereka adalah orang yang telah tercerahkan hatinya, memandang literasi sebagai hal utama. Lebih jauh, mereka mau belajar Alquran. Jelas mereka adalah kelompok yang berhak kita bantu dan kita bahagiakan.
BMH memandang bahwa membantu masyarakat Sakila Kerti berarti menarik kesadaran masyarakat lebih luas untuk sama-sama mencintai gerakan literasi.
Memang berbagi tidak boleh pilih kasih. Tetapi mereka yang serius berlatih, keluar dari kegelapan hati, sungguh pantas untuk kita kasihi. Harapannya jelas, agar cahaya yang bersinar di Sakila Kerti dapat merambat kemana-mana, bahkan ke seluruh pelosok negeri.
Pesta
Mengapa Kang Maman menyebut wisuda itu sebagai pesta hati? Kang Maman tak memberikan keterangan langsung. Tetapi saya coba meraba, apa maknanya.
Pesta sejatinya adalah perjamuan makan dan minum dengan penuh suka ria. Itulah perayaan.
Ketika Pesta Hati itu menjadi istilah maka boleh jadi Kang Maman ingin menegaskan bahwa bahagia itu dari hati.
Wisuda tak perlu mahal, layaknya orang di kota yang memakan biaya 200 – 300 juta. Orang bersuka ria namun kehilangan nilai, mereka malah semakin hampa.
Pesta hati adalah kebersamaan dalam syukur atas capaian perjuangan, yang tak lagi mengedepankan kemewahan sebagai penilaian. Akan tetapi, kesucian hati, kepedulian jiwa dan keinginan untuk semakin menjadi lebih baik, optimis menatap masa depan dengan ilmu, literasi dan kebaikan.*