Home Opini Perubahan Era Dunia, Kian Pasti?
Perubahan Era Dunia, Kian Pasti?

Perubahan Era Dunia, Kian Pasti?

by Imam Nawawi

Saat membaca dengan kemampuan diri yang terbatas, saya melihat bahwa tidak lama memang akan tiba masa perubahan. Ya, perubahan era dunia. Dan, itu tampak seakan kian pasti.

Perang Rusia-Ukraina seakan jadi latar belakang, perubahan itu kian tentu.

Tambah “konflik” AS-China yang belakangan seperti bisul yang tinggal tunggu kapan pecah.

Bahkan lebih jauh, kalau melihat fenomena demokrasi yang pada beberapa negara seperti sempoyongan, latar belakang itu seperti sulit kita tolak secara rasional.

Steven Levitsky dan Daniel Ziblatt dalam buku “Bagaimana Demokrasi Mati” mengurai dengan cukup rapi dan detil, bagaimana demokrasi pada banyak negara justru mati karena ulah penguasa yang justru terpilih melalui proses demokrasi.

Baca Juga: Bicara Politik

Anis Matta dalam “Lima Visi Perjuangan Keumatan” menegaskan bahwa kondisi itu akan memberi pengaruh juga kepada Indonesia.

Oleh karena itu ia mengatakan Indonesia pun harus sadar dan siap. Sebab kini Indonesia juga dalam persimpangan sejarah. “Bukan hanya sejarah nasional, tapi juga sejarah dunia,” tulisnya.

Idealitas Pemimpin

Semua peristiwa yang belakangan terjadi tidak bisa kita anggap sebagai hal yang terjadi begitu saja. Malah semua memiliki konteks dan koneksi tersendiri. Saling terhubung dan memberi pengaruh.

Umumnya negara yang belakangan terhuyung-huyung adalah karena memiliki ketergantungan impor tinggi, utang luar negeri yang meroket, termasuk kenaikan harga-harga bahan pokok rakyat melambung tak terkendali.

Itulah yang Sri Lanka alami, termasuk Pakistan, dan Afrika Selatan. Demikian Anis Matta memandang.

Sementara dalam konteks demokrasi, Chile, Venezuela, dan Mesir telah lama mati demokrasinya. Begitu kesimpulan Steven dan Daniel.

Kalau kita mau telusuri, siapa yang menjadi faktor utama, tidak lain adalah pemimpin.

Pemimpin yang buta sejarah dan rabun masa depan serta tuli dari permasalahan inti masa kini dapat menyeret sebuah negara masuk lubang gelap dan menyiksa.

Akan tetapi, betapapun segala kemungkinan ledakan baru dunia akan muncul, semua masih mungkin terkendali jika para pemimpin negara seperti AS, China, dan Rusia mau duduk bersama. Tetapi apakah itu mungkin?

Dalam hal ini harapan kembali pada idealitas pemimpin, apakah mereka mau mendengar, peduli kepada kebaikan masyarakat global. Ataukah mereka tidak lebih dari manusia yang memang tidak peduli terhadap masa depan manusia dan alam.

Peran Rakyat

Menariknya, siapapun dalam konteks perdamaian dunia bisa berperan, termasuk kita sebagai rakyat.

Ini yang membedakan era perang dunia pertama dan kedua. Kalau ada perang dunia ketiga, maka lebih baik kita sama-sama sadar dan berpikir keras bagaimana kalaupun terjadi, perang itu tidak merusak bumi.

Jika semua orang beranggapan soal perang adalah tentang senjata. Saya masih memiliki keyakinan bahwa soal nilai masih bisa kita jadikan sebagai gelombang arusutamaan.

Baca Lagi: Santai Saja Bahas Politik

Hal ini tidak lain karena setiap manusia, secara fitrah, senang pada kebaikan dan kebenaran. Tinggal bagaimana peran kita sebagai rakyat menemukan jalan itu.

Tetapi untuk Indonesia itu tidak mudah, mengingat rezim sekarang, dalam beberapa hal, seakan-akan memenuhi timbangan ketakutan dari Steven dan Daniel soal kematian demokrasi.

Steven dan Daniel memberikan tiga keadaan, demokrasi sebuah negara akan mati.

Pertama, komitmen pemimpin lemah terhadap aturan main demokrasi.

Kedua, munculnya politikus otoriter, yang memperlakukan lawan politik sebagai kriminal, subversif, tak patriotis dan seterusnya.

Ketiga, lemahnya toleransi dan pembiaran atau bahkan dukungan terhadap kekerasan-kekerasan, tentu saja kepada yang mereka anggap lawan itu.

Artinya kalau Indonesia ingin berperan pada tataran global, tataran nasional harus benar-benar mampu kita atasi dengan baik.

Sebab, bagaimana AS, China, dan Rusia mau mendengar pemimpin Indonesia, saat idealitas kepemimpinan itu justru belum benar-benar hadir?

Lebih jauh, Indonesia siap atau tidak, kita sadar atau tidak, waktu akan membawa semua masuk era baru dunia.

Akan seperti apa nanti, kita butuh menjalankan satu perintah utama dari Tuhan, yaitu membaca.

Bukan banyak-banyakan cuitan, postingan atau apapun yang isinya hanya pertengkaran yang tidak membangun masa depan.*

Mas Imam Nawawi

 

Related Posts

Leave a Comment