Kalau menghitung segala sesuatu ada rumusnya, hidup bahagia pun demikian. Nah, pada sesi ini kita akan ambil rumus bahagia dari uraian Ustadz Adiwarman Karim (UAK). Bahwa pertolongan Allah itu melalui kebaikan hati hamba-hamba-Nya.
Baik langsung saja kita mulai dengan mengambil kisah di era Nabi Nuh yang beliau paparkan dalam youtube Smart Skill Skool.
Di masa Nabi Nuh alayhissalam ada seorang hamba yang rajin ibadah. Karena begitu rajinnya, 24 jam ia habiskan untuk ibadah.
Tapi kala terjadi banjir besar. Dan, air bah itu mulai menyentuh lututnya, tetangga dan teman-temannya datang mengajak ahli ibadah itu untuk menyelamatkan diri.
Bahkan orang-orang itu siap menggendong sang ahli ibadah yang memang tak lagi muda itu jika tak mampu berjalan cepat.
Namun, ahli ibadah itu menolak dan mengusir orang yang hendak menolongnya. Ia berkata, aku tidak butuh pertolongan manusia, cukuplah Allah sebagai penolongku.
Kejadian berulang, sampai air setinggi dada, tetangganya datang dengan mengendarai unta. Namun, ia tetap pada pendiriannya. Tidak mau pergi menyelamatkan diri dengan ucapan yang sama.
Baca Juga: Jangan Cancel Doamu
Sampai air setinggi loteng dan tetangga datang dengan sampan.
Namun ia tetap pada pendiriannya. Sampai akhirnya banjir besar datang, tetangga dan teman-temannya selamat di atas bahtera dengan Nabi Nuh alayhissalam, ahli ibadah itu meninggal tersapu banjir besar.
Bertanya Mana Pertolongan Allah?
Kisah pun berlanjut saat ahli ibadah telah meninggal dunia dan berjumpa dengan Allah.
Dikisahkan bahwa orang ahli ibadah itu bertanya kepada Allah, mengapa Engkau tidak menolongku, bukankah aku telah habiskan usiaku untuk ibadah kepada-Mu.
Allah SWT pun menjawab dengan tersenyum, “Bukankah Aku telah kirim tiga kali pertolongan untuk menyelamatkan dirimu. Tetapi hatimu sombong dan angkuh untuk menerima pertolongan yang aku kirimkan kepada dirimu.”
Allah Maha Kuasa
Ahli ibadah itu pun menambahkan jawaban bahwa tidak ada kiriman bantuan dari Allah.
Lalu Allah tersenyum dan menjawab bahwa tetangga yang datang tiga kali itu adalah kiriman pertolongan dari Allah.
Ahli ibadah itu pun bertanya, jadi Engkau yang kirimkan mereka itu, ya Allah.
Allah pun menjawab, “Bukankah yang berkuasa atas hati manusia itu adalah Aku.”
Pelajaran
Jadi, jangan pernah merasa sudah baik, sudah banyak amal, sudah banyak ibadah, lantas tidak memperhatikan sisi-sisi lain yang secara Sunnatullah kita akan dibantu oleh Allah melalui hamba-hamba-Nya yang lain.
Oleh karena itu, Rasulullah bersabda bahwa tidak dianggap bersyukur kepada Allah orang yang tidak bisa bersyukur kepada manusia lainnya.
Seorang anak itu telah ditolong oleh Allah melalui kebaikan dan ketaatan orang tuanya. Lantas anak itu tidak mendengar, malah mengabaikan orang tuanya. Pada akhirnya kala hidupnya ditempa bencana, ia salahkan siapapun, bahkan Allah dinilai tak membantunya.
Baca Lagi: Tak Ada Obat Semujarab Doa
Demikian pun dalam kehidupan sosial, dalam pertemanan, dalam komunitas, ada teman yang selalu memotivasi untuk rajin dan kuat serta sabar, namun itu dianggap tidak ada artinya, karena begitu besarnya hasrat pada apa yang menguasai hatinya. Allahu a’lam.*