Nama Marissa Haque belakangan berkibar, mewarnai percakapan dunia maya dan pemberitaan. Sebagai seorang yang tak kenal Marissa Haque secara dekat, tapi selalu mencari alasan kenapa begitu, saya menemukan sebuah kesimpulan sederhana perihal perjalanan manusia. Ya, dengan belajar sepintas dari Marissa Haque.
Dahulu Marissa Haque adalah seorang artis, popularitasnya bertahan sampai kini bahkan. Meski, sosok istri Ikang Fawzi telah bertransformasi sebagai pendidik, pendakwah dan kerap menyampaikan pesan-pesan tauhid.
Pesan Tauhid
Dalam satu video yang tayang sebagai reels di Facebook, kala hendak memaparkan materi perihal strategi marketing, ia memaparkan lebih dahulu tentang tauhid, yakni soal kematian. Menurutnya kematian bisa datang kapan saja, kematian tak mengharuskan orang sakit. Tapi selagi masih hidup kita perlu meningkatkan kompetensi diri.
Bagi saya itu hal yang luar biasa. Karena seseorang tidak mungkin mengatakan sesuatu yang itu bukan perkara penting baginya. Saat hendak mau bicara strategi marketing, ia mengingatkan audiens ingat kepada Allah melalui kematian.
Kalau mau bukti coba perhatikan orang yang mau mengajak kita bisnis proyek dengan skema keuntungan besar, maka ia akan semangat sekali membahas itu. Pun demikian marketing produk, ia akan berusaha keras meyakinkan setiap orang untuk membeli.
Jadi, Marissa Haque telah lama sampai pada satu titik kesadaran tauhid yang kokoh. Ia sadar kematian itu bisa datang kapan saja. Dan, ia ingin kesadaran itu jadi milik siapapun yang bisa ia jangkau. Itu keren sekali.
Kok Bisa?
Mungkin sebagian kita masih bertanya, kok bisa artis akhirnya menjadi sosok pendidik, pendakwah yang teguh.
Baca Juga: Filsafat Kematian
Saya memiliki satu sistem penjelas sederhana. Jadi, orang itu bisa melakukan apapun. Sebagian yang mencapai sukses akan merasakan apa yang telah ia inginkan.
Marissa Haque telah menjadi sosok hebat, setidaknya dalam film, karir, pendidikan dan bahkan keluarga. Seiring waktu mungkin ada momentum khusus yang membuat kesadarannya berdering dan menerima limpahan cahaya kebenaran dalam hidup. Setelah melalui proses internalisasi melalui perenungan dan pemikiran, ia akhirnya memilih satu sistem berpikir yang lebih jernih dan perlu. Terlebih pergulatannya dalam dunia politik praktis, membuat ia menemukan banyak fakta atau hal-hal yang aneh tapi nyata.
Dalam kata yang lain, setiap orang melalui garis waktu.
Nah, garis waktu itu adalah bahtera hidup yang akan menyampaikan setiap jiwa pada titik pemberhentian akhir (kematian). Jika seseorang dalam perjalanan garis waktu aktif berpikir (gerak pikir) dan beramal (gerak amal) secara simultan, maka seperti kurva, ia akan semakin baik kondisi dirinya.
Jangankan Marissa Haque yang seorang artis dan Muslimah, sosok seperti Umar bin Khattab yang awalnya kafir pun menjadi Muslim yang sangat luar biasa.
Dalam hal ini kita harus benar-benar mengaktifkan nalar, Iqra’, Iqra’, Iqra’, begitu perintah Allah kepada kita semua.*