Home Opini Peran Pemimpin Negara yang Terus Merosot
Peran Pemimpin Negara yang Terus Merosot

Peran Pemimpin Negara yang Terus Merosot

by Mas Imam

Kala bicara tentang pemimpin, satu di antara yang dipahami publik adalah pejabat negara. Mungkin tidak sedikit orang melihat pejabat negara di dalam negeri yang tidak senafas lagi dengan aspirasi rakyat. Tetapi sebenarnya fenomena ini juga terjadi di negara lain, satu di antaranya adalah Inggris.

Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson misalnya ternyata juga mengalami begitu banyak blunder di dalam kepemimpinannya. Dengan kata lain, integritasnya mengalami gangguan.

Baca Juga: Ujian Terberat Pemimpin

Soal pesta ulang tahun PM Inggris ke 56 itu kala lockdown di Inggris pada 2020 telah jadikan publik di Inggris mengalami penurunan kepercayaan. Jika ini terus terjadi, bukan tidak mungkin pengaruh yang harusnya positif malah justru berbalik menjadi negatif.

Bahkan Para kritikus menuduh Johnson berbohong kepada parlemen tentang apa yang dia ketahui sehubungan dengan pesta-pesta mabuk di Downing Street, yang jelas-jelas melanggar aturan Covid pemerintahnya sendiri selama dua tahun terakhir. Sebagaimana lansiran dari kompas.

Dengan fakta ini, boleh jadi memang banyak negara di bumi ini benar-benar butuh pemimpin yang kuat, iman, integritas dan tentu saja sifat amanahnya.

Kriteria Pemimpin

Syaikhul Islam dalam as-Siyasah as-Syar’iyah menerangkan bahwa kriteria pemimpin yang baik harus memiliki dua sifat dasar, kuat (mampu) dan amanah.

“Sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya.” (QS al-Qashash [28]: 26).

Ketika dua hal itu ia miliki, maka ia akan mampu memproyeksikan masa depan bangsa, menyusun strategi terbaik dengan tarvet pencapaian yang bertahap dan progresif. Lebih dari sekedar itu, ia akan mampu memberi inspirasi dan keteladanan.

Seluruh bawahan akan mampu bekerja secara tertib, baik dan teamwork. Tidak jalan sendiri-sendiri, tidak centang perenang dan tentu saja tidak amburadul.

Ketika yang terjadi justru keburukan dan integritas pemimpin merosot, maka saat itu juga sebenarnya telah runtuh kepemimpinannya.

Ben Roetllsberger mengatakan bahwa, “Kepemimpinan adalah sesuatu yang kamu peroleh, sesuatu yang kamu pilih. Kamu tidak bisa berteriak dan bilang, “Aku pemimpinmu!” Menjadi pemimpin adalah karena orang lain menghormatimu.”

Nasihat

Berdasarkan fakta yang terjadi di atas tentang keadaan pemimpin, baik di dalam dan luar negeri, maka kita dapat menemukan satu argumen kunci bahwa seseorang memang sangat butuh terhadap nasihat.

Dalam buku Amar Ma’ruf Nahi Munkar Menurut Ahlus Sunnah Wal Jama’ah karya Yazid bin Abdul Qadir Jawas, nasihat berarti bersih (murni) dari segala sesuatu. Dan, pemberi nasihat (an-Nashih) artinya orang yang hatinya bersih.

Kemudian Imam al-Qurthubi menjelaskan bahwa (nasihat) ialah membersihkan niat dari kotoran-kotoran kerusakan dalam muamalah sebagai lawan dari al-ghisy (penipuan).

Baca Lagi: Dirimu adalah Pemimpin

Dalam kata yang lain, solusi terbaik saat ini agar pemimpin tidak terus merosot peran dan moralnya maka harus ada di kanan dan kiri pemimpin para penasihat yang benar-benar memenuhi kriteria, ia lurus dan jernih serta bersih hatinya. Bukan malah orang yang justru membisikkan keburukan.

Jika itu yang ia lakukan, maka sebenarnya ia tidak memenuhi syarat sebagai penasihat. Dan, seorang pemimpin harus sadar untuk segera mencari penasihat yang benar-benar sesuai dengan makna dari kata nasihat itu sendiri.*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment