Islamophobia mungkin masih ada yang menganggap isu tidak penting. Tapi soal itu sudah jadi perhatian publik dunia, sampai-sampai PBB pun menetapkan 15 Maret sebagai Hari Islamophobia. Jadi melek Islamophobia adalah hal perlu bagi kita semua.
Secara sederhana, Islamophobia adalah kondisi orang atau kelompok bahkan bangsa yang penuh prasangka negatif, diskriminatif, ketakutan tanpa alasan dan kebencian membabi buta terhadap ajaran Islam dan umat Islam.
Baca Lagi: Dominasi Islam di Eropa Adalah Keniscayaan
Kondisi seperti itu jadikan umat Islam di beberapa negara Barat kerap menjadi korban persekusi.
Seperti yang terjadi pada sebuah keluarga yang sedang jalan-jalan di Kanada pada 6 Juni 2021.
Mereka yang terdiri dari lima orang itu ditabrak begitu saja oleh sebuah pick up. Semua meninggal kecuali satu, bernama Fayez.
Beredar informasi setelah kejadian itu, mereka sengaja ditabrak dengan satu alasan, mereka keluarga Muslim.
Politik Islamophobia
Muhammad Qabidi ‘Ainul Arif dalam buku “Politik Islamophobia Eropa: Menguak Eksistensi Sentimen Anti Islam dalam Isu Keanggotaan Turki memberikan satu fakta yang lebih serius.
Elit politik di Uni Eropa sangat khawatir dan takut akan ancaman ideologi Islam politik. Mereka juga tidak percaya terhadap warga Muslim mau menerima ideologi politik demokrasi liberal.
Sampai seorang Nicolas Sarkozy sebagai Presiden Prancis kala itu mengatakan isi pikirannya, bahwa tidak ada tempat bagi Turki di Eropa.
“I do not think that Turkey has a place in Europe.”
Masih menurut buku itu, Soner Cagptay menilai ungkapan itu sebagai penolakan terhadap keanggotaan Turki ke dalam Uni Eropa.
Dalam kata yang lain, untuk jadi masyarakat atau bagian Uni Eropa, warga Muslim Turki harus mau jadi sekular dan demokratis, menghargai nilai-nilai Barat dan mengindari kekerasan.
Tantangan Dakwah
Melihat realitas seperti itu maka ini harus jadi tantangan dakwah generasi muda Islam Indonesia, menampilkan dakwah Islam yang rahmatan lil ‘alamin dan kaffatan linnas.
Sebab dalam dimensi historis umat Islam sangat matang berhadapan dengan orang yang benci tanpa dasar, tanpa alasan dan tanpa argumen. Termasuk mereka yang takut dan khawatir berlebihan.
Langkah pertama, Hari Internasional Melawan Islamophobia harus jadi momentum dakwah itu sendiri.
Kedua, generasi Islam harus mulai melakukan kajian mendalam terhadap apa itu diskriminasi dan bagaimana umat Islam berkontribusi terhadap peradaban dunia, termasuk hadirnya kembali peradaban Barat.
Dengan begitu dunia akan tahu, bahwa Islam memiliki sejarah yang jelas dan patut jadi kebanggaan dan mendapat penghormatan dalam kacamata orang yang mau berpikir secara rasional, adil dan objektif.
Ketiga, umat Islam harus mampu menjadi umat terbaik dalam hal amar ma’ruf dan nahi munkar.
Oleh karena itu saluran politik, aspirasi, dan ketidaksepakatan terhadap apa pun yang terjadi melalui jalur yang secara formal telah disediakan dalam mekanisme hukum, nasional maupun internasional.
Baca Lagi: Melek Politik
Islam yang duduk sebagai agama terbsear ke dua dengan total pemeluk 1,91 miliar orang harus mampu menjadi satu arus yang kuat dan mencerahkan.
Langkah ini akan jadikan dunia melihat Islam secara langsung dalam perilaku umat Islam itu sendiri.
Seperti kata Khabib Nurmagomedov, orang di luar Islam tidak membaca Alquran dan Hadits, mereka membaca perilaku kita sebagai representasi ajaran Islam.*