Home Kajian Utama Penipu yang Tertipu
Penipu yang Tertipu

Penipu yang Tertipu

by Imam Nawawi

Para penipu selalu merasa dirinya pintar. Padahal ketika penipu itu menipu dirinya justru sedang tertipu.

Alquran memberikan penegasan akan hal itu setidaknya dalam 2 ayat.

“Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang beriman, padahal meeka hanya menipu diri mereka sendiri sedang mereka tidak sadar.” (QS. Al-Baqarah: 9).

Tafsir Al-Muyassar menerangkan bahwa penipu itu meyakini kejahilan mereka akan memberikan keberhasilan.

Padahal, segala tipuan para penipu itu akan kembali kepada merka sendiri. Tetapi karena hati mereka rusak, mereka larut dalam kondisi tertipu yang memalukan dan menyengsarakan itu.

Baca Lagi: Mengapa Banjir Terus Ada dari Masa Nabi Nuh Sampai Sekarang?

Siapa penipu itu? Ialah orang yang mengaku beriman kepada Allah dan hari akhir, sedeangkan tidak ada iman dalam hatinya.

Kemunafikan

Penipuan tidak akan manusia lakukan kecuali yang terkena penyakit berbahaya, yakni kemunafikan.

Tipuan orang munafik Allah selalu siapkan balasannya untuk mereka.

“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah dan Allah akan (membalas) menipu mereka.” (QS. An-Nisa: 142).

Balasan Allah itu berupa tipuan sebagaimana orang munafik melakukan penipuan. Balasan itu pada puncaknya adalah meletakkan orang-orang munafik ke dalam dasar neraka.

Dalam kata yang lain, tidak akan melakukan penipuan kecuali orang itu memiliki potensi munafik dalam hati.

Kisah Sejarah

Sa’id bin Mansur meriwayatkan dari Ibn Abbas, bahwa Ibn Abbas ra didatangi sesoerang yang bertanya.

“Pamanku telah menjatuhkan talak tiga kepada istrinya, bolehkah seseorang melakukan nikah tahlil untuknya?”

Ibn Abbas menjawab, “Barangsiapa menipu Allah, Allah pasti menipunya.”

Dari kisah yang kita dapat temukan dari buku “Ighasatul Lahfan” karya Ibn Qayyim Al-Jauziyah itu bisa kita pahami bahwa perkara hati Allah Maha Tahu.

Pernah juga ada orang yang bertanya tentang jual beli ‘inah. Yaitu seseorang menjual suatu barang kepada seseorang secara kredit, kemudian membelinya secara tunai dengan harga lebih murah.

Jual beli semacam itu diharamkan karena pada hakikatnya merupakan praktik riba nasiah yang berlabel jual beli.

Terhadap praktik itu, Ibn Abbas ra berkata, “Sesungguhnya Allah tidak bisa ditipu. Jual beli ini (‘inah) Allah dan Rasul-Nya mengharamkan.”

Baca Juga: Moral yang Tertinggal dan Ditinggal

Jadi amalan hati sangat menentukan. Apakah sesuatu benar dalam syariah. Kemudian sudahkah itu sesuai dengan kaidah iman. Terakhir, apakah itu tulus ingin mendapat ridha Allah, atau ada hal lain yang jadi target.

Prinsipnya jangan menipu. Karena begitu seseorang menipu, maka ia sedang dalam kondisi tertipu. Cepat atau lambat, Allah akan berikan balasan. Na’udzubillah.*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment