Menjadi pengasuh mahasantri bukan hal yang terbayangkan dalam hidup ini. Akan tetapi, saya merasa mendapat anugerah ketika menjalani amanah sebagai pengasuh. Karena menjadi pengasuh tak ubahnya menjadi seorang ibu.
Ibu adalah seseorang yang memiliki ikatan batin yang kuat dengan anaknya. Tidak ada yang bisa menggantikan posisi seorang ibu. Menghargai, mencintai, menyayangi, membahagiakan, dan mentaatinya adalah kewajiban bagi seorang anak.
Baca Juga: Ini Profesor Hebat, Punya 11 Anak dan Semua Sukses
Pengasuh adalah seseorang yang mengambil alih fungsi seorang ibu, terutama para mahasantri atau santri berada dalam kehidupan asrama. Maka menjadi kewajiban seorang santri untuk memenuhi kewajiban-kewajiban yang ada, sama seperti saat mereka bersama ibunya.
Ibu dan Pengasuh memiliki peran yang penting dalam pendidikan seorang anak. Ketika di rumah yang mendidiknya adalah ibu. Ketika di asrama yang mendidiknya adalah pengasuh ( orang yang diberi amanah untuk mengambil alih fungsi seorang ibu).
Mandiri
Salah satu fungsi dari peran pengasuh, sebagaimana tulis Hodam Wijaya seorang founder madrasah, bahwasanya seorang pengasuh bukan membantu dalam menyelesaikan masalah santri. Akan tetapi memastikan bahwa santri mampu menyelesaikan masalahnya sendiri.
Pengasuh harus siap mendengarkan keluh kesah para santri yang sedang dididik. Ketika mereka bercerita maka dengarkanlah.
Saat mereka sedih maka datangilah, ketika mereka butuh solusi maka berikanlah, ketika mereka gembira maka gembiralah walaupun rasa yang dihadapi berbanding terbalik dengannya.
Mereka akan selalu ada bagi orang yang selalu bersamanya. Akan rindu ketika tidak bersamanya.
Maka, jadilah pendengar yang baik dan orang terbaik bagi para santri. Itulah pengasuh yang sesungguhnya, mampu menjadikan anak didiknya mandiri dan mampu memecahkan masalah dirinya sendiri.
Bersyukur
Oleh karena itu menjadi pengasuh sejatinya adalah nikmat. Memang tidak mudah menjalankan peran sebagai pengasuh dengan 100 persen performa. Akan tetapi, menjadi pengasuh melatih diri mampu sabar, peka, dan sekaligus syukur.
Baca Lagi: Subhanallah, Inilah Pikiran Anak Kelas 3 SD
Hal yang sangat besar sedang berlangsung dalam jiwa yang menjadi pengasuh santri adalah tempaan kepemimpinan yang berlangsung selama 24 jam.
Mulai dari kontrol sikap dan regulasi asrama, sampai pada cara terbaik dalam melakukan pendekatan terhadap santri yang kadang selalu mencari perhatian.
Dan, ketika terasa masalah santri begitu banyak, berat dan seakan diri tak mampu. Saat seperti itulah, tahajjud, pada malam hari, saat hening, diri bisa menumpahkan keluh kesah kepada Allah Ta’ala.
Satu harapan besar sebagai pengasuh, kelak ada dari anak-anak yang kami didik, Allah mudahkan jalannya menjadi pemimpin, orang penuh manfaat bagi umat, bangsa dan negara.*
Unaisah At-Thahirah Pengasuh Mahasantri STIS Hidayatullah Balikpapan