Pemuda sadar akal ini jadi bahasan kita kali ini atas pengalaman singkat siang tadi. Sembari menantikan kolega dari Republika tiba saya duduk bersama seorang pemuda.
Tangan kiri pemuda itu melingkar gelang. Saya pun bertanya, “Untuk apa mengenakan gelang seperti itu?”
Ia hanya tersenyum. Selanjutnya menggeleng dan tertawa. Pertanda ia tak memiliki alasan ataupun tujuan, mengapa tangan kirinya melingkar gelang itu.
Baca Juga: Belajar dari Bayang-Bayang
Saya pun menyampaikan kepada pemuda itu. Betapa banyak orang yang hidup dan ia mengenakan ini dan itu, sedangkan ia tidak pernah sadar, mengapa dan dalam rangka hal itu mereka lakukan.
Mengubah Kesadaran
Tidak lama kemudian pemuda itu bertanya perihal bagaimana mengubah kesadaran agar senang membaca, belajar dan melakukan hal bermanfaat.
Saya berikan penjelasan sederhana. Ketika manusia tahu bahkan sadar dirinya selama ini banyak menghabiskan waktu untuk hal buruk. Maka seketika ia harus berhenti dan mengambil aktivitas yang baik.
Orang akan sulit, bahkan mungkin tidak akan berhenti dari keburukan, kalau ia tidak mau berhenti. Kemudian memulai hal baik setiap saat, yang terus menerus ia perjuangkan.
Akan tetapi, kalau kesadaran seperti itu hadir dalam diri seorang pemuda, maka tanpa ada yang menyuruh pun ia akan melakukan yang baik dan meninggalkan yang buruk. Jawabannya jelas, ada kesadaran akal.
Menyukai Kebaikan
Satu langkah yang juga sangat penting adalah bagaimana diri memiliki rasa cinta, senang, menyukai kebaikan.
Ketika seseorang duduk di dalam ruangan, kemudian ia menyukai kebaikan bagi dirinya saat itu dan ke depan, maka kalau membuka youtube, ia akan mencari channel yang membangun jiwa.
Ketika ia bermain media sosial lainnya, ia akan mengikuti atau berteman dengan akun-akun yang baik.
Baca Lagi: Perjalanan Kaya Inspirasi
Bahkan, lebih baik lagi kalau dia memiliki waktu luang, maka ia akan gunakan untuk berpikir dan dzikir kepada Allah. Yang dengan itu jiwanya hidup karena tersirami oleh dzikir, yang Allah sendiri menegaskan, amalan itu menentramkan hati.
Jadi, kalau dalam keseharian kita masih sering merasa gelisah, maka boleh jadi itu karena akal yang ada di dalam kepala, kita tidak menggunakannya dengan baik. Bahkan hati ini kita “hancurkan” dengan makanan mata dan jiwa yang destruktif.*