Semalam, usai mendapat penanganan untuk demam yang saya alami, kembali saya harus sharing dengan teman-teman Pemuda Hidayatullah Jawa Tengah. Sharing dengan tema yang tidak begitu ringan, yakni, “Pemuda Menerobos Masa Depan.”
Alhamdulillah, saya tetap bisa memberikan uraian dengan baik, walau terkadang peserta harus siap mendengar saya batuk.
Tema diskusi malam itu ialah perihal bagaimana pemuda mampu menjadi pemuda yang mampu menerobos masa depan.
Baca Juga: Kaum Muda adalah Solusi
Tema ini bisa kita sebut tidak lazim. Tetapi itu yang sejatinya kaum muda perlukan, sehingga mampu menyiapkan diri untuk menata kehidupan masa depan lebih baik.
Bukan sebatas kehidupan diri dan keluarga, tetapi umat, bangsa, dan negara. Pertanyaannya bagaimana langkah-langkahnya?
Bangun Kesadaran
Langkah utama dan pertama adalah membangun kesadaran. Coba kita bayangkan, apa tema diskusi dan fokus yang menjadi arus dari dua anak bangsa yang luar biasa, Bung Karno dan Bung Hatta. Satu kata, yakni kemerdekaan.
Akhirnya keduanya yang lahir pada tahun 1901 dan 1902 benar-benar bertemu dengan hari kemerdekaan. Tepat kala usia keduanya 42 dan 43 tahun.
Artinya sejak umur 20, 30 dan 40 tahun mereka sadar bahwa bangsa Indonesia perlu merdeka, menjadi berdaulat dan karena itu harus menjadi negara sendiri.
Padahal, ketika mereka usia 20, 30 tahun, kalau mau bicara isu, ada banyak isu. Tapi kesadaran mereka satu, yakni bagaimana Indonesia merdeka.
Dalam kata yang lain, kalau anak muda hari ini ingin Indonesia hebat pada 2045 harus ada persiapan kesadaran dari sekarang.
Sebuah tindakan apalagi program yang orang-orang dalam melakukanna memiliki kesadaran masa depan, maka itu akan berdampak signifikan dalam kebaikan masa mendatang.
Miliki Budaya Maju
Kalau kita melihat era digital, maka sebenarnya kalau mau jujur, banyak anak muda masih jadi “konsumen” konten. Bagus kalau kontennya mendidik. Permasalahannya, kita sama-sama tahu.
Pertanyaannya apakah kaum muda tidak bisa bikin konten? Jelas bisa. Tetapi konten yang tidak merangsang hadirnya budaya maju itu tidak akan membuat seseorang jadi lebih baik.
Apa konkret budaya maju itu? Pertama ialah budaya mengamati. Ini satu hal penting. Saking pentingnya Alquran memerintahkan kita untuk senantiasa membaca. Iqra’ bismirabbik.
Kedua, memulai kultur menulis. Kalau kita lihat Bung Karno dan Bung Hatta, keduanya pemuda yang tidak saja cakap dalam leadership, tetapi juga dunia tulis-menulis.
Kalau kaum muda Islam tidak bisa menulis, maka mereka akan jadi “jajahan” informasi yang tidak jelas dan destruktif. Oleh karena itu budaya ini sangat penting.
Baca Lagi: Membangun Visi Pemuda 2045
Ketiga, membangun soliditas tim. Seperti permainan sepakbola, seorang pemain yang mengambil inisiatif menerobos akan sia-sia jika tidak ada pemain lain yang peka bahwa perlu terobosan.
Artinya adalah kaum muda harus aktif dalam organisasi. Perbedaan adalah keniscayaan.
Tetapi menghadirkan pengaturan yang harmoni dan konstruktif bisa jadi kesempatan untuk masing-masing anak muda tak sekedar produktif dan kreatif, tetapi juga mampu menjadi gelombang besar perubahan untuk masa depan.
Nah itu butuh yang namanya kecakapan dalam berorganisasi. Kalau tidak, maka orang akan hidup sendiri-sendiri dan lemah. Persis seperti lidi, kalau ia sendiri, mudah sekali untuk dipatahkan.*