Home Kisah Pemuda Langka dalam Kisah Said Nursi
Pemuda Langka dalam Kisah Said Nursi

Pemuda Langka dalam Kisah Said Nursi

by Imam Nawawi

Pukul 13:00 WIB (13/8/24) saya menaiki lantai 3 Gedung Pusat Dakwah Hidayatullah. Ust. Ghofar yang melihatku melintas, langsung melambaikan tangan. Saya pun mendekat secepat mungkin. “Baca buku ini,” kata Ust. Ghofar sembari menunjuk 4 buku. Satu saya ambil dan di dalamnya berkisah tentang pemuda. Pemuda langka yang mencermati bagaimana kehidupan akhirat.

Mungkin kita akan berkata ini kisah biasa. Tapi ini akan sangat terasa luar biasa kalau melihat apa yang banyak orang kejar hari ini. Tentang karir, jabatan, hingga upaya “melanggengkan” kekuasaan, yang mereka dalam upaya itu sudah tak ingat lagi akhirat. Bahkan nilai dan iman pun tampaknya tak benar-benar mereka pedulikan.

Kaum Muda

Pada 2021, jumlah pemuda Indonesia mencapai 64,9 juta jiwa. Komposisinya laki-laki 32,8 juta jiwa dan perempuan 31,1 juta jiwa.

Baca Juga: 3 Poin Penting Bagi Pemuda Pergerakan

Dan, yang patut kita lihat lebih dalam adalah jumlah pemuda yang mengalami gangguan mental emosional sebanyak 19 juta orang. Dan, 12 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami depresi.

Akibat dari semua itu, penggunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif mencapai 5,1%.

Dan, saat dalam perjalanan dari Depok ke Jakarta, saya membaca laporan kompas.id bahwa 1,4 juta laki-laki mengaku mengalami gangguan kesehatan mental. Ini berarti problem kaum muda, laki-laki, benar-benar telah menganga.

Pertanyaannya kenapa?

Apakah dunia sudah tak lagi menyisakan ruang manusia hidup bahagia?

Said Nursi

Bediuzzaman Said Nursi dalam bukunya “Tuntunan Generasi Muda” menjawab pertanyaan pemuda yang ingin selamat di akhirat itu dengan kalimat tegas.

“Jika kalian ingin menikmati kelezatan dunia dan merasakan kebahagiaannya, maka cukupkan dirimu dengan kenikmatan yang ada dalam wilayah yang disyariatkan. Kenikmatan tersebut sudah sangat cukup untuk memenuhi keinginanmu.”

Baca Lagi: Pemuda Gagap Riset, Kok Bisa?

Jadi, kalau kita merasa gelisah, takut dan merasa dalam gangguan kesehatan mental, maka cek hati kita.

Visi

Apakah ada ambisi atau ada visi? Jika ada visi untuk menjadi lebih baik, menyiapkan diri untuk hidup yang abadi, insya Allah sukses, selamat dan bahagia akan Allah hadiahkan.

Pesan Nursi lebih lanjut, bahwa siapa menghendaki hidup bahagia dan gembira dunia dan akhirat, maka penting untuk terus berjuang mengikuti pendidikan Nabi Muhammad SAW dalam koridor keimanan.

Hiduplah untuk menjadi insan paling banyak memberikan manfaat. Berjuang menjadi pribadi yang tekun dan disiplin dalam kebaikan. Serta bersemangatlah mengisi hari-hari dengan berbagai macam ibadah, ketaatan dan amal shaleh.

Secara konkret ambil langkah nyata secara langsung. Apakah kita ingin bermanfaat dengan ilmu, karya atau keteladanan?

Jika memiliki kesadaran itu maka bersiaplah untuk menghasilkan sebuah produk kemajuan, entah konsep, barang atau jasa yang menjadikan kebaikan terus meningkat.

Jangan hidup hanya ingin bahagia tapi menempuh jalan yang mendorong diri pada neraka. Sungguh tidak ada jalan yang dapat memastikan kita bahagia selain yang memahami iman, mengamalkannya dan meneguhkannya dalam kehidupan secara visi sekaligus aksi.*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment