Home Kajian Utama Pemuda Idealnya Berani dan Berarti
Pemuda siap berani dan berarti

Pemuda Idealnya Berani dan Berarti

by Mas Imam

Pagi itu kami biasa berkumpul di ruangan lantai 4 tempat pekanan bertemu teman-teman diskusi perihal program dan akis yang perlu dilakukan. Karena sosok pemuda, mestinya tampil dengan berani dan berarti.

Alhamdulillah ada banyak aksi ternyata dari kaum muda Pemuda Hidayatullah. Di Nunukan Kalimantan Utara ada aksi galang dana untuk membantu warga terdampak musibah kebakaran. Di Depok Jawa Barat ada Rapat Kerja Pesmadai.

Kedua aksi itu luar biasa, karena mereka sebagai sosok muda hadir di alam realita satu sisi. Sisi lain siap dengan konsep membawa kebaikan di masa depan melalui program kerja yang terencana.

Teringat ungkapan Sayyidina Ali bin Abi Thalib, “Kebenaran yang tidak diorganisir akan dikalahkan oleh kebatilan yang diorganisir.”

Baca Juga: Kekayaan Tak Terhingga Pilot Sriwijaya Air SJ 182

Kaum muda memang harusnya berhimpun untuk menghadrikan keberanian dan keberartian yang lebih masif dan berkesinambungan.

Ini Bedanya Anak Muda dan Anak Tua

Siang hari, tak lama setelah Sholat Dhuhur berjamaah, kami kedatangan seorang jurnalis senior yang sangat matang dalam menulis dan berbicara. Beliau adalah Ustadz Mahladi yang dapat dikunjungi di antaranya melalui mahladi.com.

Dalam obrolan itu beliau menjelaskan beda anak muda dan anak tua tentu saja maksudnya orangtua.

“Ada karakter anak muda yang tidak dimiliki oleh anak tua. Karakter pertama, berani. Itu saya alami sendiri. Berani bukan berarti, berani menghadapi binatang buas. Tetapi, sisi baiknya dia tidak ragu membuat keputusan.

Tapi kalau orang tua itu dia sangat banyak pertimbangan. Banyak takutnya, orang tua. Maklum dia punya anak,” urainya.

Berani dan berarti di tengah masyarakat

Berani dan berarti di tengah masyarakat

Beliau menambahkan, “Anaknya misal ingin kuliah ke luar negeri. Orangtua kadang begitu, takut. Akibatnya kala harus membuat keputusan ia tak kunjung buat keputusan. Itu tadi banyak pertimbangan,” sambunngya.

Sisi Baik dan Sisi Buruk Anak Muda

Memang ada sisi baik dan ada sisi buruknya semua ini.

“Sisi baiknya, ibarat dalam perjalanan, yang berani cepat sekali sampai tujuan. Kalua banyak pertimbangan, ketemu perempatan dia akan mikir lama, kanan atau kiri. Benar atau salah, gak, ya,” ucapnya yang disambut senyum semua teman-teman di ruangan itu.

“Yang jangan dilakukan, berani tanpa perhitungan. Kalau asal, itu bukan sampai tujuan, tapi malah nyungsep. Jadi keberanian dilandasi perhitungan dan analisa mendalam,” tegasnya.

Ustadz Abdurrahman Muhammad dalam satu kesempatan pernah menjelaskan bahwa jadilah anak muda yang berani.

“Berani mendobrak dan menabrak. Tapi pastikan setelah mendobrak dan menabrak dilakukan, manfaat dan maslahat yang dihadirkan, bukan masalah baru apalagi mudharat.”

Bagaimana Anak Muda Sekarang?

Sepertinya sebagian anak muda sekarang banyak yang tidak berani daripada yang berani.

Baca Juga: Tahajjud Jadi Sarana Mendidik Generasi Sukses

Tidak berani konsisten dalam kebenaran apalagi dalam perjuangan. Pikirannya mudah dihantui ketakutan akan masa depan, seolah-olah kalau di dalam kebenaran akan merugi.

Cara berpikirnya mengikuti jalan pikir kebanyakan orang. Bahwa kalau tidak pragmatis tidak akan memperoleh keberuntungan.

Padahal, bukti banyak beredar dan mudah didapatkan. Bahwa orang yang berarti dan menginspirasi bukan yang bagus karirnya, bukan yang tinggi jabatannya atau gendut rekeningnya. Tetapi sosok yang memang memberikan nilai manfaat bagi kehidupan.

Pelajaran dari Pilot Afwan

Siapa yang tahu Kapten Afwan, Pilot Sriwijaya Air 182 kala hidup? Tidak banyak. Tetapi, wafatnya memberi arti yang luar biasa.

Apakah itu karena kecerdasan dan kekayaannya atau profesinya? Ternyata tidak. Justru kemuliaan itu ia dapat karena pesan pentingnya bahwa sholat lima waktu adalah kunci surga.

Bahkan, sekarang kita lihat bagaimana ada orang yang masih hidup, kekayaan banyak, jabatan tinggi, tapi manusia tak lagi peduli kepadanya.

Itu terjadi karena memang ia hadir dengan manfaat yang tidak banyak, bahkan malah sebaliknya, justru mudharat yang sering ditimbulkan olehnya. Orang yang seperti itu dalam dua kerugian. Pertama tidak berani. Kedua tidak berarti. Akibatnya walau pun masih bernafas, hakikatnya ia sudah mati.

Mas Imam Nawawi Ketua Umum Pemuda Hidayatullah
Bogor, 29 Jumadil Awwal 1442 H

 

Related Posts

Leave a Comment