Home Opini Pemuda Gagap Riset, Kok Bisa?
Pemuda Gagap Riset, Kok Bisa?

Pemuda Gagap Riset, Kok Bisa?

by Imam Nawawi

Pemuda identik dengan kekuatan, skill dan tentu saja kecerdasan. Tetapi bagaimana jika faktanya pemuda gagap terhadap riset?

Tentu kondisi itu tidak seharusnya terjadi. Hal ini kalau mengacu ayat pertama yang Nabi Muhammad SAW terima dari Allah melalui jibril, yaitu Iqra’.

Makna Iqra’ tentu saja membaca, tapi sekarang tidak berlebihan kalau kita pahami sebagai aktivitas riset.

Baca Juga: Metode Membangun Kesadaran

Riset artinya membaca secara sistematis, terpola, sehingga dapat menangkap pengetahuan, bisa menghasilkan sebuah produk (gagasan, konsep atau bahkan pergerakan).

Dunia Ilmiah dan Alquran

Dalam dunia ilmiah, riset berarti melakukan pemeriksaan detail, penyelidikan mendalam, pengumpulan data, pengolahan data, analisis dan penyajian data secara objektif dan sistematis guna memecahkan suatu persoalan atau mengetahui sebuah jawaban dari fenomena.

Riset yang seperti itu sebenarnya merupakan kandungan dari Alquran. Salah satunya ayat ke-29 Surah Luqman.

“Tidakkah kamu memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan Dia tundukkan matahari dan bulan masing-masing berjalan sampai kepada waktu yang ditentukan, dan sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

Memperhatikan artinya melihat dengan daya fokus yang tinggi. Ketika usai melakukan aktivitas itu seseorang mengerti sesuatu dengan baik. Muncul rasa ingin tahu yang lebih tinggi.

Ketika memperhatikan malam misalnya, orang yang memperhatikan akan sampai pada pengetahuan perihal tingkat kegelapan, udara yang berhembus, hingga apa makna-makna di balik penciptaan malam dapat diradar oleh akal dengan baik.

Tidak heran orang atau bangsa yang punya budaya riset akan tumbuh kuat. Amerika dan negara Barat lainnya, termasuk yang sangat memahami urgensi dan kontribusi riset terhadap kemajuan. Dan, jauh sebelum itu Islam di Baghdad, Mesir, Cordova dan Turki telah menikmati kebermanfaatan dari riset yang mendalam.

Perubahan Diri

Dasar riset adalah bertanya dan berpikir.

Ibn Qayyim mengatakan bahwa berpikir akan membuahkan pengetahuan, hingga menghasilkan perubahan dan kemajuan.

Jadi, siapa berpikir dia memiliki asas dan kunci untuk perubahan. Baik perubahan diri maupun perubahan lingkungan.

Imam Al-Ghazali dalam Al-Munqizh Minadl Dlalal mengatakan,”Berpikir sesaat lebih baik daripada ibadah setahun”.

Baca Lagi: Nikmat Membaca Alquran

Hal itu semakin relevan dan sangat kita butuhkan jika melihat syarat sukses sebuah negara yang dikeluarkan oleh Bank Dunia pada 2015.

Pertama harus punya inovasi dan kreativitas (45%), jejaring dan kolaborasi (25%), penguasaan sains dan teknologi (20%) dan ketersediaan sumber daya alam yang melimpah (10%).

Jadi, dari data itu kita bisa meneropong, mengapa Indonesia yang kaya sumber daya alam kalah kekayaan dengan Jepang. Yakni karena Jepang kaya inovasi dan kreativitas.

Dan, landasan dari semua itu adalah pendidikan berpikir. Mulai dari berpikir kritis, kreatif, dan inovatif.

Sampai di sini kita bisa memahami, pemuda Islam akan tangguh, percaya diri dan mampu memberi warna kalau dia tidak gagap terhadap riset. Jadi tahu kan, apa PR kalian?*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment