Home Kajian Utama Pemimpin yang Memimpin
Pemimpin yang Memimpin

Pemimpin yang Memimpin

by Imam Nawawi

Pemimpin yang memimpin, sepertinya menarik jadi ulasan kita. Sebab tidak sedikit pemimpin mengambil kebijakan bukan atas latar belakang untuk kemajuan jangka panjang. Sebagian malah tampil tergantung angin bertiup.

Pemimpin seperti ini biasanya kerap mengalami kebingungan. Ia tidak tahu, mana keperluan jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.

Kondisi itu membuat visinya kabur dan komitmennya malah sebatas kelas follower. Jangan harap ada lompatan, narasi untuk maju saja dia tidak miliki.

Baca Juga: Sadar sebagai Pemimpin

Pemimpin seperti itu tidak memiliki semangat, sehingga tidak mampu membakar semangat orang-orangnya untuk maju, visioner dan berani melakukan lompatan.

Padahal semangat adalah kekuatan batin, artinya inti hidup dan bergairahnya seorang manusia. Ketika semangat tidak ada, maka semangat berjuang pun jadi tiada.

Normatif

Pemimpin yang tidak mampu memimpin biasanya akan sangat pandai berbicara hal-hal yang sifatnya normatif.

Namun, tidak tampak dalam karakter, diksi apalagi kiprah dari dirinya yang mencerminkan bahwa normativitas itu memang berjalan dan memberikan pengaruh apalagi kekuatan.

Puncaknya ia tidak bisa mengatasi masalah yang ada, kalimat dalam memberi arahan hanya nyanyian lama, berulang disampaikan dan membosankan.

Parahnya lagi, pemimpin normatif ini bisa juga terpengaruh oleh hal-hal yang bersifat anasir, mulai dari anasir rumah tangganya sendiri, sampai gosip yang seolah-olah evaluasi.

Lebih jauh, pemimpin normatif tidak mau berhadapan langsung dengan orang yang dianggapnya bermasalah. Apalagi kalau memang tidak ada masalah pada bawahannya.

Pemecah Masalah

Seorang pemimpin memperoleh kepercayaan, mendapat amanah memimpin adalah dalam rangka memecahkan masalah.

Masalah itu sendiri bukan sebatas anak buah yang kurang perform, tetapi juga bagaimana menyiapkan bahtera yang ia nahkodai mampu menghadapi badai yang sewaktu-waktu tiba di masa mendatang. Kalau mendefinisikan masalah saja hanya yang kasat mata, maka jelas pemimpin ini tidak akan efektif.

Baca Lagi: Anak Muda Harus Siap Memimpin

Kekuatan apa yang benar-benar telah ia siapkan. Siapa yang cocok menghandle satu urusan. Bagaimana urusan besar dan gol bersama benar-benar bisa tercapai secara sinergis.

Jangan sampai terlena dengan kesibukan orang yang dipimpin, tapi satu sama lain tidak paham arah dan seringkali bertabrakan di tengah jalan.

Rasulullah SAW dalam hal urusan jihad (perang di jalan Allah) menyerahkan urusan itu kepada Khalid bin Walid. Padahal Bilal bin Rabah lebih dahulu masuk Islam.

Sebuah indikasi bahwa seorang pemimpin harus peka, mana sosok yang bisa membawa amanah besar dan mana yang bisa mengurusi amanah yang lain.

Sayangnya, banyak orang tahu sejarah, namun gagal menjiwai, sehingga power historis itu sering menjadi dongeng daripada kekuatan nyata sekarang, hari ini dan di sini.*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment