Suatu kebahagiaan Selasa (16/11) dapat melakukan perjalanan ke kampus peradaban HIdayatullah Ummul Qura Indonesia di Balikpapan. Sungguh di dalam perjalanan yang singkat itu ada banyak pelajaran bisa ditangkap.
Pertama, kampus Hidayatullah Ummul Qura Balikpapan adalah “kawah candradimuka” yang telah lahirkan kebaikan menyebar ke seluruh negeri, dari Aceh sampai Papua, sampai ke Boven Digul.
Baca Juga: Menguatkan Daya Baca
Kedua, di dalam kampus ini hadir sosok-sosok pengurus yang mungkin tidak begitu populer bagi masyarakat umum, namun dari lisan dan historis serta kalimat-kalimat mereka teruntai kebaikan yang inspiratif dan menggerakkan.
Ketiga, kampus ini merupakan wujud kebaikan kolaboratif dan sinergis umat termasuk pemerintah. Jadi, keberadaan kampus peradaban ini sejatinya adalah milik umat dan bangsa yang kita cintai bersama, yakni Bangsa Indonesia.
Dengan demikian kampus ini adalah bagian dari kebaikan umat, mulai dari sisi visi, tekad, kiprah hingga sejarah.
Mengapa Disebut Kampus Peradaban
Hal ini dikarenakan definisi peradaban yang ditetapkan oleh Hidayatullah itu sendiri, bahwa peradaban adalah manivestasi iman di dalam segala aspek kehidupan.
Jadi, peradaban bukan semata bangunan, sistem ekonomi dan kultur sosial yang semata-mata modern, tetapi juga aspek batin yang baik tidaknya batin manusia ditentukan oleh ada atau tidaknya iman di dalam hati.
Kalau merujuk pada kehidupan Nabi Muhammad SAW kita akan temukan bahwa untuk bisa membangun peradaban harus ada jiwa atau individu yang beradab. Indikasinya dimulai dari adanya bakat, kemampuan mumpuni dan komitmen pada nilai-nilai kebenaran, kemauan yang kuat dan perasaan yang halus serta tidak ada yang dipikirkan, diucapkan dan dilakukan kecuali kebaikan-kebaikan.
Selanjutnya adalah tentang bagaimana hidup ini menapaktilasi kehidupan Rasulullah SAW yang membawa misi memberantas kebodohan dengan iman dan ilmu pengetahuan kemudian kegemaran amal sholeh.
Lebih jauh dari itu semua, setiap diri didorong terus menerus membersihkan diri dari segala kekejian, kezaliman dan kejahatan. Menjauhi segala dosa dan apa-apa yang Allah tidak suka.
Dalam dimensi yang sederhana peradaban Islam mendorong manusia berperilaku secara benar sesuai tuntunan Alquran dan Sunnah, seperti jujur, berani, tangguh, adil dan produktif di dalam kebaikan-kebaikan yang semua berbasis masjid.
Oleh karena itu spirit sejarah itu yang dijadikan inspirasi, maka Pesantren Hidayatullah Ummul Qura disebut sebagai kampus peradaban, yakni tempat dimana pembinaan mental, intelektual dan spiritual berjalan secara integral.
Pesan Ketua Pesantren Hidayatullah Ummul Qura
Dalam perjalanan itu saya berkesempatan silaturrahim dengan Ketua Pesantren Hidayatullah Ummul Qurro, yakni Ustadz Hamzah Akbar.
Dalam diskusi yang berlangsung hingga tengah malam itu beliau memberikan poin-poin inti yang perlu jadi bekal anak muda dalam upaya ikut serta membangun bangsa dan negara melalui tegaknya peradaban Islam.
Pertama, perkuat tradisi ibadah dan keilmuan dengan sistematis yang kemudian menghasilkan karakter diri yang kuat. Tidak mudah terjebak oleh godaan pragmatisme, sehingga kehilangan karakter dan jati diir.
Kedua, perbanyak silaturrahim dan mengambil spirit dari para tokoh bangsa, ulama, intelektual dan pengusaha. Karena membangun peradaban tidak bisa seorang diri.
Seperti ungkapan Ibn Khaldun, kehidupan bersosial adalah keniscayaan bagi umat manusia dan para filsuf pun membahasakan dengan berkata, “Manusia adalah makhluk sosial secara alamiah.”
Ketiga, milikilah idealisme yang kokoh, seperti emas. “Emas itu walau pun dibuang ke tempat yang kotor dan bau, dia akan tetap jadi emas. Dan, orang pasti akan ambil, karena emas memang pasti berguna.”
Baca Lagi: Ustadz Hamzah Akbar: Inilah Momentum Generasi Muda Ekspresikan Jiwa Perjuangan
Sisik yang tak kalah menarik adalah usai sholat Shubuh di masjid Pesantren Hidayatullah Ummul Quro Indonesia ini selalu diadakan halaqah Quran.
Dimana semua jama’ah belajar melafalkan huruf demi huruf Alquran, kemudian dipandu seorang ulama ahli Quran dan satu persatu dari sebagian jama’ah mempraktikkan bacaan yang telah dipelajari. Subhanallah.*
Mas Imam Nawawi