Partai politik baru. Sebenarnya bicara partai politik sebagian orang cenderung tidak tertarik. Termasuk partai politik baru pada gelaran Pemilu 2024 nanti.
Selain selama ini identik dengan intrik sejauh ini partai politik memang belum benar-benar mampu bekerja konkret. Meski demikian partai politik pada Pemilu 2024 mulai banyak muncul yang baru. Lantas bagaimana?
Sekarang mari kita lihat ada partai politik baru apa saja yang akan masuk di Pemilu 2024. Ada Partai Pelita, Partai Ummat, Partai Kebangkitan Nasional, Partai Rakyat, Partai Rakyat Adil Makmur (Prima), dan Partai Gelombang Rakyat Indonesia (Gelora).
Sosok di Balik Partai Politik Baru
Beberapa partai politik, walau baru namun langsung dikenal oleh publik ada beberapa.
Pertama Partai Gelora dengan pendirinya Anis Matta dan Fahri Hamzah. Partai Gelora ini bahkan sempat sowan ke Presiden Joko Widodo untuk memperkenalkan diri. Dan, sepertinya Partai Gelora adalah parpol baru paling publik kenal.
Kedua, Partai Ummat. Jelas publik sangat kenal karena ada sosok politisi senior Amien Rais. Bahkan Amien duduk sebagai Ketua Majelis Syuro. Itu berarti para pendukung Amien Rais tidak saja setia tetapi juga akan ikut mengenalkan Partai Ummat.
Baca Juga: Memandang Ide Pengunduran Pemilu 2024
Ketiga, Partai Pelita. Sebagian mungkin belum begitu mengenal. Tetapi justru parpol baru inilah yang mengundang rasa penasaran. Karena ada Din Syamsuddin sebagai punggawa partai.
Din Syamsuddin duduk sebagai Ketua Majelis Permusyawaratan Partai (MPP) Partai Pelita.
Publik pasti akan bertanya, terutama kaum milenial, mengapa sosok seperti Din Syamsuddin sampai berani turun tangan terjun ke politik praktis. Tentu ini satu hal yang sangat memberi warna ke depan perihal kemajuan demokrasi Indonesia.
Peluang
Namun sebenarnya bagaimana keberadaan parpol baru ini dalam konteks peluang bisa melenggang ke Senayan?
Pemilu 2019 menyajikan fakta bahwa dari 20 partai peserta Pemilu hanya 9 yang lolos ke Senayan. Artinya, tidak sampai 50% partai pada 2019 sukses raih suara ke Senayan.
Namun, mengapa semangat tokoh dan politisi terus membara dan seakan tak peduli dengan fakta itu?
Keterpanggilan
Satu alasan mungkin bisa kita prediksi ialah keterpanggilan memperbaiki keadaan bangsa dan negara. Yang mana partai politik yang telah ada selama ini cenderung tidak aspiratif kepada kehendak rakyat.
Kondisi itu boleh jadi mendorong para tokoh dan politisi bahkan yang senior sekalipun mau berlelah-lelah membangun parpol baru.
Termasuk partai lainnya secara umum. Mereka ingin mengubah keadaan bangsa yang belakangan tampak sangat inferior berhadapan dengan kekuatan oligarki dan globalis.
Meyakinkan?
Pertanyaan berikutnya adalah apa yang akan mereka gunakan untuk meyakinkan rakyat bahwa parpol baru itu layak jadi pilihan?
Sedangkan sebagian rakyat kondisinya tak terlalu ngeh dengan parpol, apalagi kalau sudah ada yang namanya serangan fajar.
Kalkulasi jangka panjang rakyat terpadamkan oleh kepentingan pragmatis, karena kondisi lapar dan miskin.
Dan, apakah mungkin orang-orang yang selama ini terjun ke dunia politik tidak mampu melakukan perubahan otomatis akan jadi pahlawan perbaikan bangsa hanya dengan modal kendaraan partai politik baru?
Namun itu adalah urusan mereka yang memilih jihad kebaikan melalui parpol.
Baca Lagi: Membangun Masyarakat Madani
Satu hal yang pasti, sekalipun lolos verifikasi faktual KPU, partai politik baru itu harus bekerja sangat keras dan cerdas, mulai dari leadership-manajerial hingga relasi dengan masyarakat sampai benar-benar mampu hadir dengan bukti bukan janji.
Langkah itu harus jadi komitmen agar keberadaan partai politik baru nantinya tidak sekedar menggembirakan Pemilu 2024 namun juga mampu lolos ambang batas parlemen (parliamentary threshold) sebesar 4%.
Dengan begitu parpol baru yang lolos dapat benar-benar menjadi warna baru dan syukur-syukur mewujudkan idealisme mulianya, mencerdaskan kehidupan bangsa dan mensejahterkaan kehidupan rakyat Indonesia.*