Home Artikel Paksa Saja!
Jika seseorang sadar dirinya kikir, maka ia bisa memulai mengobatinya dengan memaksa diri bersedekah secara konsisten

Paksa Saja!

by Imam Nawawi

Paksa saja! Siapa yang dipaksa? Tentu diri sendiri. Terlebih kalau usia masih muda, berstatus santri, pelajar, mahasiswa pula. Maka kita harus mau memaksa diri sendiri.

Pengasuh Pesantren Darussalam, Braja Dewa Lampung Timur, KH Imam Syibaweh menyampaikan hal itu. Bahwa dalam belajar kaum muda harus siap memaksa diri.

“Lek pengen iso kudu mekso ngafalne jer, amil nawasih lan liyo-liyone (kalau ingin bisa harus memaksakan diri menghafal jar majrur, amil nawasih dan lain-lainnya) dalam imu kaidah bahasa Arab. Jika ingin bisa grammar bahasa Arab,” ujar Gus Baweh seperti dikutip NU online Lampung.

Dalam level lebih tinggi, seperti memperbaiki akhlak, upaya memaksakan diri harus dengan konsep mujahadah dan riyadhah (latihan secara konsisten).

Mujahadah artinya memaksakan sifat yang melampaui batas agar menjadi bisa melawan arus ketidakbaikan.

Jika seseorang sadar dirinya kikir, maka ia bisa memulai mengobatinya dengan memaksa diri bersedekah secara konsisten.

Apabila boros, maka memaksakan diri untuk menahan belanja yang tidak perlu dengan sekuat tenaga.

Selanjutnya

Pemaksaan pada diri sendiri itu tidak lebih dari upaya orang ingin sehat yang memaksa berlari atau olahraga. Awalnya berat, namun seiring dapat merasakan manfaatnya akan mudah menjalaninya. Tak perlu lagi pemaksaan.

Jadi, paksa dalam hal ini adalah metode. Bukan diri kita harus terus-terusan dipaksa.

Soal akhlak misalnya, itu akan mudah seseorang menjalankannya kalau ada budaya. Membangun budayanya itu butuh kesadaran. Kadang-kadang bagi sebagian orang kesadaran belum menggerakkan. Ia butuh memaksa diri.

Baca Lagi: Memaksakan Diri Jadi Pejabat

Maka seiring dengan paksaan itu lahir kebiasaan, sehingga akhlak itu bisa diterapkan dalam wujud pikiran, ucapan dan tindakan tanpa lagi melalui perencanaan.

Membaca

Membaca itu baik, semua orang paham. Akan tetapi yang mau tekun membaca yang sadar. Kemudian yang mau memaksa diri membaca.

Kalau membaca belum menjadi kebiasaan, itu artinya kita belum punya niat yang kuat dalam membaca.

Sebagian orang mudah menerima penundaan sebagai bagian penting dalam kehidupan, termasuk menunda membaca. Sampai-sampai, saking biasanya menunda, ia sudah lupa bahwa membaca itu perlu.

Jadi, paksa diri kita untuk mau lebih baik. Lebih tekun membaca, semakin senang menulis dan berupaya kuat menjadi pribadi bermanfaat.

Kalau masih sulit memahami maksud artikel ini, mari tahan nafas sejenak. Apakah orang yang merokok itu suka merokok sejak awal? Mereka memaksa diri untuk merokok. Lalu terbiasa merokok.*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment