Home Kisah Pakailah Sudut Pandang Syukur, Bahagia Segera Mancur
Kita hanya perlu sadar, bahwa kita harus bersyukur. Kalau itu kita lakukan, bahagia akan hadir, bahkan mancur, memberi energi kepada siapapun yang dekat dengan kita

Pakailah Sudut Pandang Syukur, Bahagia Segera Mancur

by Imam Nawawi

Memandang apapun, kalau sudut pandangnya syukur, bahagia pasti segera mancur. Ya, mancur laksana air dalam kolam atau hiasan yang enak dipandang. Terus menerus mengalir dan membahagiakan diri serta siapapun juga yang berada dekat dengan kita.

Sebenarnya tubuh sudah sangat tenat. Sepekan ini tak berhenti bergerak, Depok-Bogor, Depok Jakarta, bahkan hari ini (20/9/24) Depok – Jakarta lagi, tepatnya Universitas Al-Azhar.

Tetapi kekuatan itu datang saat saya menyambar buku “Sundul Gan” karya Kang Maman. Buku yang selain judul besar ada dua kata yang berhasil Kang Maman rangkai dengan cara unik.

Seperti “Bad Day Pasti Berlalu,” kemudian, “Gumaman Kang Maman.” Ini memang khasnya pria yang juga sangat aktif mengirimkan buku ke berbagai daerah di Indonesia, termasuk Alquran.

Akhirnya Bersyukur

Pada halaman 49, Kang Maman memberikan sudut pandang syukur secara sederhana namun menusuk dada begitu dalam, penuh makna.

“Mendengar istri cerewet di rumah, berarti aku masih punya istri.”

Kalimat tersebut mengajak kita untuk melihat “cerewetnya” seorang istri dari sudut pandang yang berbeda, yaitu sebagai tanda cinta dan perhatiannya.

Dengan demikian, mendengar istri cerewet di rumah bukan lagi menjadi sumber kejengkelan, melainkan sebuah pengingat akan nikmatnya memiliki pendamping hidup yang selalu hadir dan peduli.

Kehadirannya, bahkan dengan segala “cerewetnya”, adalah sebuah anugerah yang patut disyukuri, karena itu berarti kita masih memiliki seseorang yang mencintai dan memperhatikan kita di rumah.

Sejarah memberikan teladan, bahwa Umar bin Khattab ra adalah suami yang mampu menyimak “cerewet” bahkan “amukan” sang istri dengan tenang, optimis dan bahagia.

Umar sadar, istrinya adalah yang mencintainya, hingga mau merawat anak-anaknya, memelihara pakaiannya, menyediakan makanannya dan seterusnya.

Suami Mendengkur

Kemudian Kang Maman menuliskan, “Mendengar suami masih mendengkur di sebelahku , berarti aku masih punya suami.”

Kalimat tersebut menyentuh hati dengan mengingatkan kita akan betapa berharganya kehadiran pasangan hidup.

Baca Juga: Anak Muda Harus Siap Memimpin?

Mendengar dengkuran suami di pagi hari, meski mungkin mengganggu bagi sebagian orang, justru menjadi sebuah melodi indah bagi seorang istri yang bersyukur.

Itu adalah tanda bahwa ia masih memiliki suami yang sehat dan berada di sisinya, sebuah anugerah yang seringkali terlupakan di tengah hiruk-pikuk kehidupan.

Kalimat ini mengajak kita untuk lebih menghargai setiap momen bersama pasangan, menyadari bahwa kebahagiaan sejati terletak pada kehadiran mereka yang kita cintai.

Kalau cara kita memandang apapun seperti itu, apakah mungkin kekalutan menguasai hati?

Kita hanya perlu sadar, bahwa kita harus bersyukur. Kalau itu kita lakukan, bahagia akan hadir, bahkan mancur, memberi energi kepada siapapun yang dekat dengan kita.*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment