Proses tidak mulus, sukses tidak mudah, bukan sekedar ungkapan. Ini benar adanya. Terbaru kita bisa belajar pada Ole Gunnar Solskjaer, yang sejak Oktober lalu dipandang layak untuk diberhentikan. Ole Out pun akhirnya nyata, usai MU tunduk dari Watford dengan skor 4-1.
OLe sebenarnya tidak bisa dipisahkan dari MU. Sejak 1996 pria asal Norwegia itu telah membela Setan Merah.
Baca Juga: Jadilah Top Skor Kebaikan
Bahkan dalam satu momen, Ole berhasil melesakkan gol di menit akhir dalam ajang Final Liga Champions UEFA 1999 yang mengantarkan MU sukses menundukkan Barern Munich dan MU sukses menggondol The Treble.
Perjalanan Karir
Orang biasa menggunakan istilah perjalanan karir untuk para profesional, termasuk di bidang olahraga, termasuk Ole.
Sebagai pemain dan sebagai pribadi Ole bukanlah biasa-biasa saja. Tetapi, menjadi manajer bukanlah satu profesi yang tanpa tantangan.
Dalam arti yang luas, sebenarnya manusia tidak semata menjalani perjalanan karir, tetapi juga perjalanan hidup.
Dalam setiap fase kehidupan, setiap jiwa akan bertemu dengan ujiannya tersendiri. Semakin dewasa, ujian semakin mengarah pada mental, jiwa dan hati.
Dari kasus Ole kita bisa mengambil pelajaran bahwa hidup memang tidak bisa disikapi secara santai apalagi abai.
Dalam urusan sepakbola saja, orang harus siap dipecat. Dan, kalau itu diterima oleh seorang manajer yang belum senior, ini akan membuktikan apakah sosok tersebut punya visi atau benar-benar tenggelam karena ditinggalkan.
Jelas Ole akan mengalami hambatan tidak ringan ke depan, terutama kala ia ingin konsisten sebagai manajer klub sepakbola. Perjalanan karirnya melatih MU tidak akan pernah dilupakan dunia.
Hikmah
Di dunia ini ada siang ada malam, ada terang ada gulita. Orang bisa naik, bisa pula turun. Sekarang apa yang hikmah yang bisa kita petik untuk menata mental diri sendiri.
Sebuah ungkapan mengatakan, “Bila jatuh, bangkit lagi. Bila gagal, coba lagi. Hingga waktu berkata, “Sudah saatnya kau berhasil.”
Pertama, hidup memang harus diisi dengan perjuangan, komitmen dan konsistensi, bahkan pada hal yang sangat sederhana, yakni membaca atau menulis. Tanpa itu, orang hanya akan hidup berputar-putar tanpa ada perkembangan yang bisa diraih.
Hal itu memberikan bukti kepada kita bahwa hidup tidak bisa instan. Bahkan mie instan pun perlu proses untuk menyajikannya. Jadi, seperti pernikahan, mesti ada mahar yang kita siapkan untuk membayar.
Kedua, jangan pernah putus asa. Gagal itu biasa. Bahkan setiap jiwa yang sukses selalu pernah berhadapan dengan kegagalan.
Jadi, jangan putus asa. Jawab ketidakberhasilan dengan konsistensi, karena konsistensi adalah prestasi.
Dalam pepatah Islam disebutkan “Keistiqomahan (konsistensi) lebih tajam dari 1000 karomah.”
Baca Lagi: Sepakbola, Realitas dan Regenerasi
Konsistensi artinya kemauan dan keteguhan hati untuk terus menjalanka apa yang sudah dimulai. Jadi, kalau kita memilih jalan sebagai entrepreneur, maka tidak usah lagi berpikir bagaimana menjadi penyanyi dan lain sebagainya, fokus dan fokus.
Cara untuk bisa meraih konsistensi adalah dengan meneguhkan niat dan merasa senang, nyaman di dalam melakukan apa yang dipilih di dalam kehidupan ini.
Seperti para sahabat Nabi SAW di Ahlussuffah yang di antaranya adalah Abu Hurairah ra.
Beliau memang orang miskin tapi konsistensinya mencatatkan hadits Nabi SAW beliau mampu menjadi sahabat yang namanya harum dalam dunia hadits. Mengapa, karena ada konsistensi.*