Nonton film sebenarnya biasa-biasa saja. Namun, jangan salah, yang kita lihat, itu yang akan jadi milik otak bahkan jiwa seseorang. Dalam riset mengenai neuroscience dan psikologi, film atau tontonan dapat memberikan dampak selayaknya pengalaman dalam kehidupan nyata. Jadi, nonton film bukan soal senang saja, perhatikan pula dampaknya.
Mari kita lanjutkan. Film memberikan ilustrasi kuat bagaimana emosi, pikiran dan perilaku bekerja secara bersamaan dengan proses bioogi dalam membangkitkan presepsi dan keyakinan individu yang kemudian menghasilkan suatu perilaku.
Kalau masa saya masih anak-anak, saya sering menemukan kaum muda menyemir rambut, memasang anting di telinga, padahal dia seorang laki-laki. Darimana ia mendapat referensi yang membentuk tindakan seperti itu, jelas dari film yang mereka tonton.
Nah, mari lihat lagi lebih jauh. Ketika seseorang menontont film, ia akan mengalami emosi dan pelepasan hormon yan gsama, seakan-akan ia benar-benar mengalami peristiwa yang identik, sekalipun pada level paling rendah.
Tetapi, kalau peristiwa serupa muncul dalam kehidupan nyata, ia akan bereaksi secara emosi yang serupa namun dengan level yang lebih tinggi.
Baca Juga: Pelajaran dari Film dan Buku Ertugrul
Saya pernah melihat beberapa anak lari dari sebuah tempat dengan begitu kencang. Ketika saya tanya, mereka mengatakan baru saja menonton film hantu.
Film Sejarah
Saya sendiri menyukai film, tetapi yang genre-nya sejarah. Seperti Film Dirilis Ertugrul dan Kurulus Osman. Keduanya besutan orang-orang dari Turki.
Tentu ada rasa tidak puas dalam film itu, karena beberapa hal yang mungkin tak bisa saya terima. Akan tetapi saya melihat, sutradara pasti punya pertimbangan bagaimana film tetap nikmat untuk disaksikan.
Kelebihan menonton film sejarah, kalau layar lebar saya pernah lihat seperti Film Buya Hamka, itu akan memberikan kita penguatan untuk punya karakter positif dalam sosok figur yang tangguh, tabah dan teguh. Menariknya figur itu asli, pernah hidup di alam manusia dan nyata legacy-nya bagi kehidupan.
Jadi, menonton film bergenre sejarah memberi dampak baik. Bahkan bagi yang punya kuriositas tinggi hal itu akan mendorongnya mencara buku sejarah, kemudian mengkorelasikannya.
Dalam Film Ertugrul misalnya, pada buku yang berjudul “Ertugrul” (karya Prof. M. Khulaif Ats-Tsunayyan) yang saya baca, tidak semua data yang ada di sana, dapat saya temukan di dalam film. Sebaliknya, ilustrasi dalam film lebih kaya daripada sebuah teks dalam buku.
Misalnya bagaimana ketabahan sosok Ertugrul kala tertangkap tentara Mongol. Ia tidak saja pandai dalam menyusun strategi untuk menang, tetapi juga tabah menghadapi kekalahan. Namun integritasnya membuat tak semeter pun pasukan Ertugrul meninggalkannya.
Film Kiblat
Sekarang sedang ramai bahasan film tentang Film Kiblat. Saya belum melihat dan sepertinya bukan genre film yang saya suka.
Baca Lagi: Nasihat Syaikh Edebali kepada Putra Ertugrul
Akan tetapi MUI melihat film itu tidak pantas beredar. Ketua MUI Bidang Dakwah KH Cholil Nafis adalah pihak yang bersuara.
KH Cholil menekankan pada visual yang ditampilkan dałam poster film tersebut. Baginya itu telah melampui batas dan kemungkinan dapat orang nilai sebagai penghinaan.
Kiai Cholil sendiri mengaku sampai harus mencari-cari arti kata “kiblat” kembali, khawatir memiliki makna yang berbeda dengan yang dimaksud kiblat oleh umat Islam, seperti dilansir rejabar.
“Saya tidak tahu isi filmnya maka belum bisa komentar. Tapi gambarnya serem ko judulnya kiblat ya. Saya buka-buka arti kiblat hanya ka’bah, arah menghadapnya orang-orang shalat,” ujar Kiai Cholil dalam unggahan di media sosialnya yang dikirim ke Republika, Senin (25/3/2024).
Pendek kata, kita sendiri harus bijak. Film seperti apa yang kita anggap perlu untuk kita tonton. Jangan sampai kita menonton hal yang keliru, tidak banyak faedah. Karena selain telah menonton, sebenarnya kita telah mengeluarkan uang, waktu dan tenaga. Hal-hal prinsip yang dalam ajaran Islam akan ada pertanggungjawabannya.
Lah, kalau film yang kita tonton nirfaedah, kata anak-anak sekarang, “Rugi Dong!”*
Mas Imam Nawawi