Home Kajian Utama Nikah Mubarokah di Hidayatullah Proyek Strategis dan Raksasa
Nikah mubarokah di Hidayatullah

Nikah Mubarokah di Hidayatullah Proyek Strategis dan Raksasa

by Mas Imam

Semalam (20/8) PP Pemuda gelar diskusi online dengan tajuk “Menyadap Spirit Nikah Mubarakah” dengan narasumber Kadep Pembinaan Keluarga DPP Hidayatullah. Ternyata Nikah Mubarokah di Hidayatullah adalah proyek strategis dan raksasa.

Hal itu saya temukan di dalam halaman terakhir yang mengulas tentang Nikah Barokah di dalam Buku Mencetak Kader karya Ustadz Manshur Salbu.

Langsung saja kita ambil petikan dari uraian sang penggagas, yakni KH. Abdullah Said.

“Ini (pernikahan barokah) adalah sebuah pekerjaan raksasa; sebuah proyek strategis dalam perjuangan kita. Insya Allah, akan terus kita benahi dan perbaiki, sehingga dia merupakan jawaban yang sulit disangkal daya getar dan daya tariknya dalam memberi alternatif terhadap budaya Barat yang semakin menggila dan mengganas.”

Jadi, pernikahan adalah bentuk perlawanan terhadap ketidakbenaran yang menjadi realita umum, dimana pernikahan lebih banyak ditimbang dari faktor-faktor non esensial di dalam beragama atau ber-Islam. Seperti soal pesta, jenis makanan, lokasi, bahkan tamu undangan.

Jika hal itu yang dibiarkan terus terjadi, maka akan banyak pernikahan yang sulit digelar, sementara pergaulan bebas akan terus tumbuh subur. Dibenci tapi terus terjadi. DIlaknat namun terus mengundang penikmat.

Baca Juga: Inilah Sedekah Istri yang Pahalanya Bagi Keluarga

Sebab dalam realitanya menikah tidak lagi benar-benar mengedepankan sisi esensial keimanan, yakni menyempurnakan iman itu sendiri.

Solusi dari Krisis Moral

Nikah Barokah di Hidayatullah adalah solusi dari krisis moral yang terjadi di tengah-tengah umat. KH. Abdullah Said menjelaskan hal itu.

“Kehancuran moral, rusaknya akhlak, sebenarnya bersumber dari perkawinan. Model perkwinan sekarang ini nyaris full copy budaya Barat di samping andil setan.

Dimulai dari yang namanya praperkawinan alias pacaran hingga pascaperkawinan yang berujung pesta besar-besaran.

Padahal, jangankan ayat, hadits, pendapat ulama pun tidak ad yang memberi isyarat diperkenankan pacaran. Apalagi pacaran model sekarang yang sengaja mencari tempat yang remang-remang, berdua-duaan, bisik-bisik berjanji segala macam.”

Pesta besar-besaran inilah yang pada akhirnya menghambat dan puncaknya pacaran tidak terhindarkan lalu perzinahan dan moralitas menjadi terkoyak di dalam kehidupan generasi di tengah-tengah masyarakat.

Menikah Ibadah

Menyadari hal tersebut maka pernikahan barokah ini menjadi solusi dan sekaligus sarana memperkuat niat seseorang di dalam pernikahan.

Menikah itu ibadah bukan hal yang lain, seperti kemewahan dan beragam hal yang sifatnya artifisial semata.

Dan, terbukti, pernikahan barokah bukan lagi diikuti oleh orang yang mau menikah karena murah dari sisi finansial. Sebab menikah di sini adalah tentang kesiapan mental menyempurnakan iman dan konsisten di dalam perjuangan.

Seorang peserta nikah berkah beberapa tahun silam mengisahkan perihal bagaimana dirinya ragu bahkan tidak yakin ikut nikah barokah.

Dalam puncak keraguan, ia bertemu seorang Ustadz yang mengatakan. “Yakinlah, Rasulullah itu tidak pernah berbohong. Menikahlah karena agama (iman).”

Nasihat yang amat singkat namun itulah yang mendongkrak mentalnya untuk berangkat ke Gunung Tembak dan akhirnya menikah.

Terbukti sampai saat ini sang pria itu konsisten di dalam medan tugas dakwah dan tarbiyah.

Semalam ia banyak tersenyum dan memberikan nasihat mendalam kepada peserta diskusi yang sebagiannya adalah para mahasiswa yang sudah barng tentu juga mulai ada selembar dua lembar dalam syarafnya berpikir soal menikah.

Terakhir, kata Ustadz Endang Abdurrahman, di dalam nikah mubarokah ada sekian banyak energi disiapkan dan dilepaskan.

Baca Lagi: Sahabat dan Setengah Abad Hidayatullah

Mulai dari energi intelektual hingga spiritual yang tak jarang, para panitia harus menangis dalam sujud-sujud mereka agar di dalam proses menjodohkan satu dengan yang lain benar-benar dapat membawa maslahat berupa keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah.

Jadi, generasi muda, soal menikah sudah saatnya mengalihkan kiblat kita, dari yang sekedar umum tapi belum tentu sesuai tuntunan Nabi SAW menjadi ke pernikahan yang barokah, mungkin sederhana namun dijiwai keyakinan dan ittiba’ kepada Nabi Muhammad SAW. Karena ini iman maka patut disebut strategis dan raksasa, karena memang dimensinya semua sisi dalam kehidupan diri.*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment