Jumat, 28 Juli 2023 saya hadir dalam acara pembukaan Rakernas Pemuda Hidayatullah 2023. Dalam sambutan saya tertarik merekam narasi dari dua ketum. Yaitu Ketua Umum DPP Hidayatullah dan Ketua Umum Pemuda Hidayatullah. Narasi dua ketum ini memiliki nilai strategis untuk membangun militansi kaum muda.
Bang Rasfi menuturkan bahwa wajah kelangsungan dan kelanjutan perjuangan hari ini dan masa mendatang sangat bergantung pada “tingkat kekhawatiran” para senior terhadap kualitas junior.
Baca Juga: Pemuda Mau Kemana?
Mengutip penafsiran Dr. Abdul Mannan dalam memaknai ayat ke 9 dari surah An-Nisa, junior bukan saja anak dalam arti biologis, tetapi juga anak-anak ideologis.
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka.”
Pesan yang saya tangkap bahwa kemajuan kaum muda tidak saja berangkat dari kesadaran dan etos kaum harapan ini.
Tetapi juga apakah ada “sambutan” memadai dari para senior untuk mereka menjadi kuat militansi, kecerdasan dan ketangkasannya.
Relevansi Sejarah
Sementara itu Ketua Umum DPP Hidayatullah, Dr. Nashirul Haq, Lc, MA, memberikan komentar akan semangat kaum muda untuk memimpin Indonesia di 2045.
Bahwa itu adalah hal yang sangat kuat relevansinya dengan fakta sejarah, yang mana ada tujuan untuk mendesain diri lebih disiplin dan punya dedikasi tinggi untuk kemajuan sebuah era. Isu 2045 Indonesia Emas memang penting Pemuda Hidayatullah dapat hadir berkontribusi.
Dan, untuk kesana, dua hal yang penting kaum muda miliki, yakni kompetensi dan karakter.
Kompetensi meliputi soft skill dan technical skill. Soft skill seperti kemampuan berlatih menggunakan kecerdasan intelektualitas untuk menemukan solusi dalam menghadapi tantangan atau problem.
Kemudian hard skill, kemampuan untuk bisa mengorganisasi berbagai sumber daya guna menjadi satu ritme gerakan yang rapi, sinkron dan sistemik.
Adapun karakter, juga sama, meliputi dua hal. Karakter moral dan karakter kinerja. Orang jujur, ikhlas, tawadhu itu bagus. Tetapi juga harus juga punya etos kerja, disiplin dan penuh dedikasi, fokus dan tuntas dalam bekerja.
Oleh karena itu UNH (demikian beliau akrab disapa) menegaskan bahwa kaum muda harus lebih ketat dalam mendesain diri untuk mampu menjadi pemimpin berkelas pada masa mendatang.
Semua itu akan memudahkan kaum muda hari ini memiliki militansi dalam menjalankan amanah kepemimpinan sekarang dan pada masa mendatang.
Budayakan 3 M
Terakhir UNH memberikan pesan tentang pentingya 3 M. Yaitu Musyawarah, Mujahadah, dan Munajah.
Baca Lagi: Mengubah Segalanya dari Diri Sendiri
Musyawarah penting karena dengan itu keputusan yang hadir adalah komitmen bersama, bukan instruksi pribadi.
Mujahadah juga demikian, semua narasi dan wacana akan menjadi kekuatan realita jika ada kesungguhan di dalam mewujudkannya.
Munajah, ini tidak kalah utama. Ini akan mengundang kekuatan dari Allah Ta’ala, sehingga banyak “keajaiban” yang Allah desainkan untuk kaum muda yang memang punya mujahadah.
Pesan ini tentu saja sangat strategis dan dapat menjadi warisan bagi kaum muda dari generasi ke generasi. Pahami, jadikan energi dan sebarkan sebagai penguat diri menjadi insan bermanfaat kini dan nanti.*