Home Artikel Nafsu 3 Periode
nafsu 3 periode

Nafsu 3 Periode

by Imam Nawawi

Sekalipun 11 April 2022 mahasiswa telah turun aksi, melakukan demonstrasi menolak wacana penambahan masa jabatan di Gedung DPR Senayan Jakarta. Belakangan kembali muncul soal penambahan periode jabatan Presiden dan Wakil Presiden. Sekalipun itu hanya kelakar, namun sepertinya memang sangat nafsu untuk 3 periode.

Kata seorang ketua umum partai penambahan periode itu agar sang wapres bisa selamat kelak pas di akhirat. Karena kalau sesuai periode khawatir tidak bisa memberikan pertanggungjawaban, karena selama menjabat belum banyak berbuat sebagai Wapres.

Baca Lagi: Menghadirkan Pemimpin Adil

Nambah jabatan atau periode tentu yang terbayang kenikmatan, apalagi kalau rakyat setuju. Bagaimana tidak, tanpa ikut pemilu, tanpa kampanye, sudah pasti duduk pada jabatan tinggi. Fasilitas dan segala kenikmatan bendawi sudah pasti melekat tanpa ragu.

Tetapi, apa yang terjadi andai hal itu benar-benar terealisasi? Inilah soal yang kita mesti memahami dengan seksama, bahwa sepertinya, seakan-akan, tampaknya, isu dan keinginan nambah periode itu berangkat hanya dari dorongan hawa nafsu.

Fakta Sejarah

Kalau kita telusuri sejarah, keinginan manusia terus berkuasa sudah ada sejak dahulu kala. Katakanlah Fir’aun, ia justru ingin terus berkuasa. Agar selamanya berkuasa, ia angkat dirinya sebagai Tuhan.

Kemudian lihat pertempuran berdarah sesama saudara keturunan seorang raja yang berebut tahta. Semua bukan karena dasar membangun, tapi semata-mata ingin dirinya berkuasa.

Jadi, dalam nalar paling sederhana, mudah kita memahami, bahwa setiap upaya menambah masa jabatan dengan melanggar konstitusi yang ada tidak lain adalah buah dari angkara dalam jiwa, orang mengatakan itulah hawa nafsu.

Pertanggungjawaban

Padahal, kalau ingat akan kehidupan setelah dunia, yakni akhirat, menjadi pemimpin bukanlah perkara mudah.

Apalagi kalau dalam sepak terjang dalam memimpin bukan kejujuran yang menjadi prioritas dan perjuangan alias suka menipu rakyat.

“Siapapun pemimpin yang menipu rakyatnya, maka tempatnya di neraka.” (HR Ahmad).

Rasulullah SAW juga bersabda, “Sungguh, manusia yang paling dicintai Allah pada Hari Kiamat dan paling dekat kedudukannya di sisi Allah ialah pemimpin yang adil. Orang yang paling dibenci Allah dan paling jauh kedudukannya dari Allah adalah pemimpin yang zalim.” (HR Tirmidzi).

Baca Juga: Bahaya Pemimpin Penuh Dusta

Artinya kalau benar penguasa itu sadar akan akhirat, sedangkan ia mengerti ketidakmampuannya dalam memimpin. Membawa kemajuan dan kesejahteraan rakyat, maka akhir periode adalah masa penting untuk mengakhiri kesulitan rakyat dan penyesalan berat sang pemimpin kelak dalam kehidupan akhirat. Tapi, adakah mereka peduli ini!*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment