Home Kajian Utama Mulia dengan Prestasi Bukan Gengsi
Mulia dengan Prestasi Bukan Gengsi

Mulia dengan Prestasi Bukan Gengsi

by Imam Nawawi

Setiap orang tentu menghendaki kemuliaan dalam hidup. Namun tidak semua orang benar-benar berpikir bagaimana berprestasi. Sebagian malah sibuk meninggikan gengsi pribadi.

Perlu kita garis bawahi, berprestasi bukan sebatas mendapat trofi hasil kompetisi.

Berprestasi bisa bermakna kebaikan dan pembuktian diri punya kemampuan bekerja secara konkret dan tak terbantahkan.

Baca Juga: Apa Prestasi Pemimpin Kita?

Orang yang punya prestasi, mau diserang dengan stigma apapun, hasilnya tidak akan pernah mengubah orang itu negatif. Tidak akan pernah. Karena ia telah tumbuh dengan karakter kuat yang membuatnya berprestasi.

Seperti Nabi Muhammad SAW, sejak kecil memang Al-Amin. Apakah beliau berubah menjadi rusak akhlaknya atau gila hanya karena orang kafir menstigmanya dengan sebutan gila dan tukang sihir?

Ketika Orang “Menyerang”

Tidak bisa kita pungkiri dalam hidup pasti ada orang yang tidak suka dan benar-benar ingin diri kita merugi. Bukan karena kita buruk, tapi karena ada prestasi yang memang terbukti.

Dalam tinjauan psikologi, orang yang begitu memang tidak merasa aman, tidak puas dengan dirinya sendiri. Sementara ia telah berada pada posisi tinggi. Mungkin paling tinggi, tapi banyak keterbatasan dan enggan belajar lagi.

Dalam situasi seperti itu, orang akan terjebak untuk memilih meningkatkan harga diri sendiri dengan cara menjatuhkan orang lain, berbagai stigma pun lancar keluar dari lisannya.

Salah satu cara yang jadi andalan biasanya adalah dengan mengomentari pekerjaan orang lain, tidak maksimal, buruk atau bahkan tidak progresif.

Sayangnya orang seperti itu tidak sadar, ketika ia melakukan itu semua terhadap orang lain yang memang punya kompetensi, kapasitas dan prestasi, ia semakin terjungkal pada lembah ketidakbahagiaan.

Dalam Islam, sikap semacam itu disebut dengan hasad (iri dan dengki). Sebuah sifat yang memang memberangus kesempatan yang ada untuk tumbuh lebih baik. Karena akal dan pikirannya didominasi pikiran negatif.

Abaikan

Pertanyaannya, bagaimana kalau orang seperti itu ada dalam kehidupan kita? Jawabannya satu, tegas, yakni abaikan.

Baca Lagi: Kerugian Para Penipu

Alquran memberikan tuntunan jelas bahwa kita hanya boleh mengucapkan kalimat yang baik, positif, selamat.

“Apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.” (QS. Al-Furqan: 63).

Artinya jangan ambil hati. Jadilah orang yang fokus pada kebaikan dan kemuliaan diri, yaitu bekerja, berkarya dan beribadah dengan baik.

Jangan buang waktu dan energi kita dengan menjawab apa yang jadi tuduhan orang-orang yang tidak pandai bekerja. Sebab orang yang pandai bekerja, ia akan sulit menemukan waktu untuk memperhatikan keburukan orang lain.

Kemudian sadarilah bahwa kehidupan dunia memang seperti itu. Jangan merasa dunia runtuh apalagi kiamat.

Nabi dan Rasul saja itu orang-orang mulia, tapi yang menghina selalu ada bahkan sangat amat membenci orang-orang kesayangan Allah Ta’ala itu. Tapi apakah Nabi dan Rasul berhenti berdakwah?*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment