Home Kajian Utama Mulai dari Hati Membangun Negeri
Penyakit hati menghambat kemajuan

Mulai dari Hati Membangun Negeri

by Mas Imam

Kalau ditanyakan secara serius, apa yang lama tidak dibangun di negeri ini? Infrastruktur sudah pasti, terus dibangun. Kata Rocky Gerung yang tidak dibangun adalah jalan pikiran. Bagi saya yang belum dibangun oleh pemerintah adalah kekuatan hati.

Hati ini mungkin tidak dikenal dalam peradaban Barat, tapi ini eksis, nyata dan amat menentukan.

Sekarang kita cek, apa yang menjadikan APBN sering bocor? Apakah manajemen keuangan tidak siap? Apakah perangkat hukum tidak lengkap?

Baca Juga: Menulis itu Memulai

Jawabannya ada pada hati yang sakit. Hati yang sakit akan melahirkan rusaknya ilmu dan bahkan rusaknya niat.

Masih ingat dulu ada tokoh mengatakan, “Malaikat saja masuk istana keluar jadi Iblis.”

Itu artinya hati di negeri ini belum benar-benar dirawat apalagi dibangun kekuatannya, sehingga setiap harta, tidak lagi dipandang halal haramnya, yang terdepan adalah segera disergap untuk kepentingannya.

Ikhlas

Modal untuk bisa menguatkan hati yang berdampak bagi pembangunan negeri adalah ikhlas.

Umar bin Khathab itu terus jadi buah bibir umat manusia dari zaman ke zaman karena keikhlasannya. Bukan mobil mewah atau ada anak dan keluarganya jadi gubernur dan bupati.

Dr. Khalid Utsman Al-Sabt dalam bukunya A’malul Qulub menerangkan bahwa arti ikhlas itu bersih. Bersih dan lepas dari segala macam noda.

Dalam konteks orang yang punya kesempatan menentukan arah pembangunan negara, berarti ikhlas mendorong sikap dan perilakunya pada manivestasi iman, sehingga dirinya amanah dan tidak ada yang dikedepankan selain daripada ridha Allah Ta’ala.

Tidak mau dirinya dibebani oleh kepentingan yang destruktif, apalagi sampai mengorbankan kepentingan rakyat. Mungkin langkah ini berat, tapi inilah yang pada akhirnya menjamin nikmat.

Ikhlas, yang maknanya perjuangan memurnikan perbuatan dari segala yang tidak baik dan menunggalkan kecintaan Allah harus benar-benar dikuatkan.

Jika tidak, maka anggaran Rp. 10 ribu trilyun sekalipun tidak akan membawa kemaslahatan bagi bangsa ini. Kenapa, rusak hatinya, sehingga semua, terutama penegakan hukum bisa ditumpulkan dan sekaligus dimandulkan.

Mulai

Ikhlas di zaman seperti sekarang memang tidak mudah. Salah-salah bisa dikucilkan dan dikorbankan. Tetapi, semua perubahan menuju arah perbaikan memang melahirkan martir-martir peradaban.

Umar bin Khathab masuk Islam dan ikhlas menjadi Muslim itu juga langkah berat. Bahkan ia harus segera siap berlawanan dengan para pembenci Nabi Muhammad SAW yang sebelumnya adalah teman dekat Umar.

Tetapi, kala ikhlas bersarang di dalam hati, hal itu harus dimulai. Dan, ketika dimulai, jalan kebaikan menuju kebaikan pun Allah buka.

Al-Quran, menegaskan, “Dan katakanlah, ‘Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap”. Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap.” (QS. Al-Isra: 81).

Baca Juga: Moral yang Tertinggal dan Ditinggal

Kalau ini dimulai oleh masing-masing rakyat, kemudian pengusaha dan pejabat, insha Allah pembangunan negeri akan berjalan dengan baik.

Dan, saat itu terjadi, maka pengamalan Pancasila, pada Sila Ketuhanan Yang Maha Esa benar-benar kokoh dan tertancap dalam pada sanubari seluruh anak bangsa. Sebagaimana itu telah pernah menancap kuat dalam dada KH. Agus Salim, Natsir, Syahrir dan seluruh pahlawan serta pendiri bangsa ini.*

Mas Imam Nawawi_Perenung Kejadian

Related Posts

Leave a Comment