Home Kisah Motivasi dan Inspirasiku Menulis
Motivasi dan Inspirasiku Menulis

Motivasi dan Inspirasiku Menulis

by Imam Nawawi

Aku Berka. Jujur saja, saat Bung Imam Nawawi memaparkan materi training, aku dan teman-teman termotivasi dan terinspirasi bisa menulis. Itulah saat motivasi dan inspirasiku menulis menyala-nyala.

Beberapa pertanyaan, seperti kenapa sih harus menulis, kutemukan jawabannya dalam kesempatan itu.

Termasuk dari sisi bagaimana teknik yang benar saat tulis-menulis harus kumulai dan disiplinkan.

Baca Juga: Menulis Sebagai Pembangkit Semangat

Senang rasanya. Dan, semoga kubisa mengimplementasikan dalam realita literasi saat ini.

And keep going buat rekan-rekan jurnalistik dan tim media STIS Hidayatullah Balikpapan, semoga kita bisa konsisten dalam sebagian jalan juang peradaban Islam ini.

Obat Akal Obat Hati

Menulis Bung Imam sampaikan bisa jadi peyeimbang diri. Ya, obat bagi akal dan obat bagi hati.

Karena menulis adalah membaca berulang kali. Semakin sering menulis, semakin banyak membaca.

Sifat akal dan hati sangat haus akan ilmu. Menulis adalah jalan terbaik untuk itu.

Enyah Kejelekan

Menulis juga menyehatkan mental.

Baperan? Itu karena kurang ilmu, lemah iman dan lemah visi.

Solusinya kuatkan mental superior dan tingkatkan ketajaman berpikir dengan iqra’ bismirabbikalladzi khalaq.

Itu pesan Bung Imam Nawawi yang bagiku sangat berarti. Terus pesan itu ada dalam benakku.

Baca Lagi: Santri Menulis Tema Cinta, Apakah Boleh?

Literasi merupakan kewajiban seorang muslim melalui pendidikannya.

Dan, Allah menyukai hamba-Nya yang gemar membaca.

“Orang Indonesia itu tuna baca juga pincang menulis” kata Taufik Ismail, seperti Bung Imam sampaikan kepada kami saat itu (24/2/23).

Mendengar itu, maka tumbuhkan bakat-bakat kita untuk dakwah bil qolam dalam kebaikan (ahsanu amala) karena Allah dan menyelamatkan dunia maya dari keburukan, seperti hoax dan adu domba.

Terimakasih Bung Imam Nawawi. Upayamu panjang lebar “memprovokasi” kami agar percaya diri dengan karya tulisan kami sendiri, bukan langkah biasa. Itu pasti dorongan visi.

Lebih jauh, upaya Bung Imam Nawawi menjelaskan kerangka tulisan agar tercipta tulisan yang epik, membuat kami jadi tahu, bagaimana memulai.

Spesial, sesi diskusi dengan Bung Imam Nawawi jadi sesi yang mengasyikkan.

Masih segar dalam ingatanku, Bung Imam berkata, “Kalau kita beriman, BUKTIKAN!”*

Annisa Berka Zakiah_Semester 6 Prodi Hukum Keluarga STIS Hidayatullah Balikpapan

Related Posts

Leave a Comment