Moral mungkin dipandang kekuatan yang tidak lagi penting, terutama bagi kemajuan bangsa. Tetapi, pandangan seperti itu hanya akan muncul dari sosok yang memang tidak mengenal keuntungan selain dari popularitas, materi, dan tentu saja kedudukan.
Kita bisa bayangkan, bagaimana situasi dan kondisi yang begitu berat membelit negeri ini, ada orang dengan kedudukan tinggi malah sangat santai dan tanpa empati mengungkap apa yang dilakukan dalam sehari-hari yang sangat tidak perlu apalagi penting disampaikan ke ruang publik.
Dari hal itu, apakah mungkin kemajuan bisa dicapai? Tidaklah perlu sampai pada kemajuan pembangunan manusia, bergerak lebih baik dari kondisi buruk yang terjadi saja itu sudah bagus.
Baca Lagi: Moral yang Tertinggal dan Ditinggal
Atau setidak-tidaknya ada upaya konkret melakukan terobosan yang diraskaan rakyat, itu sudah sangat minimal dan tentu akan dihargai oleh rakyat. Tetapi, fakta-fakta akan hal itu, masih menjadi impian dan dambaan. Belum kenyataan.
Kecerdasan Tak Berguna
Kita tidak dapat pungkiri bahwa kecerdasan amat diperlukan di dalam kehidupan ini. Tetapi, tanpa moral kecerdasan hanyalah sebuah senjata tajam di tangan manusia yang kehilangan jiwa.
Ia bisa menembak, membunuh siapa saja yang dianggap menghalangi hasrat dan keinginannya. Ia tak akan pernah sampai pada kemampuan berpikir sehat, apalagi berpikir dengan hati, sehingga tidak ada secuil pun ruang kasih sayang di dalam dadanya.
Bangsa atau kaum dalam bahasa Alquran yang memiliki kecerdasan luar biasa sangat banyak, bahkan mereka unggul dalam teknologi. Tetapi, begitu moral ditumbangkan, tidak lama kemudian mereka dibinasakan.
Hal ini karena kecerdasan semata itu tidak cukup membimbing manusia pada kemaslahatan dan kebahagiaan.
Sebagai contoh, Tuhan memerintahkan laki-laki dan perempuan menikah. Ketika akal manusia melihat sebatas pada hubungan biologis, maka perintah menikah seakan kehilangan substansinya.
Dan, kala kehidupan bebas dipilih sebagai jalan hidup, lihatlah sekarang negara-negara yang katanya maju mengalami fakta mencengangkan, mereka kekurangan generasi penerus.
Menikah itu adalah perintah Allah. Dan, ketika menikah itu perintah maka di dalamnya pasti ada maslahah. Akal memandang sebatas pada hubungan biologis.
Syariah tidak demikian. Hubungan itu bagian dari kebutuhan hidup manusia, tetapi berketurunan, menanamkan akhlak, moral dan integritas itu perjuangan yang menjadi kebutuhan jiwa.
Siapa yang kecerdasannya diletakkan pada koridor syariah, maka ia akan bahagia dan membahagiakan. Hidupnya membawa kemajuan pada dirinya dan lingkungan.
Perubahan Berangkat dari Moral
Coba cermati perlahan-lahan, apa yang membuat masyarakat Arab menjadi begitu beradab dengan Alquran?
Jawabannya singkat, komitmen moral berdasarkan ajaran Quran yang mereka tegakkan.
Sederhana saja, apa yang akan membuat bangsa Indonesia lebih baik?
Bukan anggaran triliunan semata-mata, tetapi moral. Bila moral ada, orang bergerak dan berubah bahkan mengganti perilaku buruknya dnegan cara bertingkah laku yang baik, maka saat itu kemajuan telah dimulai.
Kalau cara pandang para pejabat, pengusaha dan konglomerat negeri ini disandarkan pada moral, lebih-lebih iman, maka dalam sepekan saja, bangsa Indonesia akan mengaami perubahan dan kemajuan.
Penjelasannya mudah karena moral mendorong orang untuk tidak sekedar tahu apa itu benar, tetapi juga menerapkan kebenaran di dalam setiap tindak tanduk dan perbuatan, utamanya dalam menerbitkan kebijakan.
Tetapi, begitu moral diabaikan dan rakyat tidak punya kekuatan, lantas dengan itu, semena-mena membuat peraturan dan kebijakan, jangan senang terlebih dahulu.
Baca Lagi: Pandemi Virus Pandemi Moral
Kekuatan Maha Mutlak akan mengobrak-abrik segala bentuk pikiran dan perbuatan jahat. Sejarah sudah memberi bukti akan hal itu. Silakan percaya, silakan tidak.*