Mas Imam Nawawi

Miskin
- Artikel

Miskin Tulen, Siapa Dia?

Kalau bicara miskin, sebagian orang ogah mendengar. Sebab itu sama dengan membahas ketidakberdayaan finansial. Ketika Bank Dunia mengatakan kemiskinan Indonesia 60,3%, pemerintah melalui BPS segera memberi suara berbeda. Karena negara yang banyak orang miskinnya, rusak sistem keadilan sosialnya. Tragisnya angka kemiskinan itu tertinggi se-ASEAN. Tapi benarkah miskin seperti itu semata? Kita bisa belajar dari Presiden […]

Kalau bicara miskin, sebagian orang ogah mendengar. Sebab itu sama dengan membahas ketidakberdayaan finansial. Ketika Bank Dunia mengatakan kemiskinan Indonesia 60,3%, pemerintah melalui BPS segera memberi suara berbeda. Karena negara yang banyak orang miskinnya, rusak sistem keadilan sosialnya. Tragisnya angka kemiskinan itu tertinggi se-ASEAN.

Tapi benarkah miskin seperti itu semata? Kita bisa belajar dari Presiden Uruguay, Jose Mujica, bahwa miskin tidak hanya itu.

Ia mengatakan bahwa, “Orang miskin adalah yang bekerja keras demi menjaga gaya hidupnya dan selalu ingin lebih.”

Artinya orang miskin itu adalah orang yang rakus, serakah, dan suka mengorbankan orang lain demi materialisme.

Dalam materialisme orang punya uang itu sukses. Semakin banyak uangnya, semakin tinggi level suksesnya. Soal bagaimana cara memperolehnya itu bukan urusan. Seperti harimau, ia tak merasa bersalah ketika menerkam anak rusa yang baru sebulan lahir ke dunia.

Nilai Unggul

Nama Mujica menggema ke seluruh dunia karena ia pemimpin dan mampu memegang nilai unggul. Yakni membela rakyat kecil dengan sikap konkret: hidup sederhana.

Saat jadi presiden, ia tetap tinggal di rumah pribadinya di pinggiran Montevideo. Halaman rumah itu tumbuh rumput liar. Hanya dijaga dua polisi dan seekor anjing berkaki tiga. Ia tak tertarik tinggal di istana.

Kehidupan itu tentu saja penting bagi pejabat negara, termasuk Indonesia. Bahwa jadi pejabat tak berarti harus menumpuk materi. Tapi bagaimana memegang teguh nilai-nilai unggul.

Tak hanya tinggal di rumah sendiri yang sederhana. Mujica juga menyumbangkan gajinya. Dari 12.800 dollar AS, ia hanya mengambil 800 dollar AS. Yang lain ia sumbangkan untuk pemberdayaan usaha kecil menengah dan orang tidak mampu.

Sebagian orang pasti ada yang bertanya, kapan, ya, ada pejabat Indonesia, yang seperti Mujica itu.

Bela Orang Miskin

Berdasarkan fakta itu, tugas orang yang punya jabatan dan punya kekayaan adalah bagaimana bisa membela orang miskin. Pertanyaannya siapa?

“Orang miskin bukan hanya yang berkeliling meminta-minta kepada orang lain lalu mereka diberi makanan sesuap atau dua suap, atau sebiji-dua biji kurma. Namun orang miskin adalah orang yang tidak mendapatkan kecukupan untuk menutupi kebutuhannya. Dan ia tidak menampakkan kemiskinannya sehingga orang-orang bersedekah kepadanya, dan ia juga tidak meminta-minta kepada orang lain.” (HR Bukhari dan Muslim).

Pejabat dan orang kaya harusnya paham ini, apalagi yang beragama Islam. Jika Mujica bisa, apa kendala pejabat Indonesia tidak bisa?

Padahal Mujica tidak kenal Pancasila dan UUD 1945.

Jangan sampai orang miskin itu adalah sosok yang gajinya terjamin, namun hatinya tak pernah puas akan jumlah harta.

Akibatnya orang miskin yang sesungguhnya terabaikan dan pembangunan negara pun berjalan tak tentu arah dan cenderung berantakan.*

Mas Imam Nawawi

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *