Home Kajian Utama Minimalis itu Manis
Minimalis yang manis

Minimalis itu Manis

by Imam Nawawi

Minimalis memang istilah umum dalam dunia properti, seperti rumah minimalis. Namun, sangat mungkin pola hidup minimalis memang benar-benar manis.

Secara bahasa, minimalis berkaitan penggunaan unsur-unsur yang sederhana dan terbatas untuk menghadirkan efek dan kesan terbaik.

Lebih jauh minimalis bisa mengenai kesederhanaan, fungsional dan tertata rapi, dan erat kaitannya dengan kemajuan teknologi.

Baca Juga: Sadar sebagai Pemimpin

Namun, minimalis yang manis bukan soal gaya hidup dalam arti perangkat berupa benda, seperti rumah atau peralatan yang ada di dalamnya.

Pastikan Kebaikan

Ketika berbicara minimalis dalam hal amal, pernah ada kisah pada zaman Nabi SAW bahwa ada seseorang ahli surga yang Rasulullah tunjukkan kepada para sahabatnya.

Seorang sahabat tidak berhenti dengan informasi itu. Ia melakukan observasi dengan bermalam selama 3 hari di kediaman ahli surga itu.

Ternyata, amalannya biasa-biasa saja. Tidak ada yang istimewa. Namun, karena penasaran ia pun menanyakan pada ahli surga itu amal apa yang jadi andalannya.

Singkat cerita ahli surga itu menuturkan bahwa amalan dalam hal ibadah, standar, sebagaimana yang telah Allah tetapkan. Sholat, puasa, zakat, mengaji, dan lainnya.

Akan tetapi ia selalu berusaha untuk menjaga hatinya agar tidak iri dengan rezeki orang lain. Memaafkan kesalahan orang lain.

Jadi, minimalis dalam perbuatan kalau diiringi dengan kesadaran hati dalam amalan penting bagi baik dan buruknya pikiran dan perilaku, hasilnya sangat luar biasa. Inilah minimalis yang manis.

Namun, idealnya seorang Muslim hidup dengan visi mulia dan amalan terbaik. Ketika diri memang belum mampu pastikan yang bisa kita lakukan, benar-benar karena iman dan berdampak membahagiakan diri maupun orang lain.

Minimalis dalam Harta

Ketika seseorang hidup dengan gelimang harta, tetapi perilakunya banyak menentang hati nurani, kebenaran dan ajaran Islam, maka ia tidak akan pernah bertemu kebahagiaan.

Oleh karena itu para koruptor sebenarnya adalah orang yang tidak pernah tenang hidupnya.

Sebab fitrah manusia sadar, korupsi adalah amal yang tidak baik. Tetapi ketika seseorang memaksa untuk melakukan korupsi ia sama dengan mengiris-iris imannya, hingga bagian yang benar-benar tipis, yang tersisa.

Minimalis dalam Politik

Ketika media ramai mengulas tentang tiga periode, sebenarnya itu bentuk lain dari ketidakbahagiaan.

Baca Lagi: Antara Komentar dan Karya

Aturan dua periode sebenarnya adalah penyelamat bagi siapapun agar tidak terjebak pada maksimalis subyektif yang sejatinya berdampak destruktif bagi kehidupan luas.

Memaksakan diri tiga periode sebenarnya penyimpangan dari regulasi yang ada. Kalau dalam kehidupan bernegara AS, menjabat lebih dari dua periode adalah tanda penyimpangan dari kultur yang telah ditanamkan oleh George Washington.

Dalam bahasa resolusi DPR AS kala itu, “Penyimpangan apapun dari kebiasaan yang dihargai selama ini kiranya tak bijak, tak patriotis, dan membahayakan lembaga-lembaga bebas kita.” (Lihat buku “Bagaimana Demokrasi Mati” karya Steven Levitsky & Daniel Ziblatt).

Jadi, sederhanalah dalam hidup, baik pikiran maupun perbuatan. Tetapi pastikan itu membahagiakan dan mendatangkan dampak kebaikan luas.

Jangan sebaliknya, berpikir subyektif, ingin maksimal, tetapi menabrak norma, regulasi dan bahkan hati nurani. Jadilah sederhana, minimalis tetapi dampaknya maksimalis.*

Mas Imam Nawawi

 

Related Posts

Leave a Comment