Belakangan dunia politik lumayan sejuk, karena semua pihak ramai berpikir, menerka atau menafsirkan mimpi dari seorang SBY. Banyak yang telah memberikan tafsir, tetapi saya kira, menarik kalau pertanyaannya adalah, mimpi SBY untuk siapa.
Pertanyaan ini setidaknya akan membuat kita berpikir tentang siapa SBY.
Jadi, kita tidak terjebak oleh narasi sebagian pihak yang mengatakan bahwa mimpi SBY itu adalah hasrat agar AHY segera diterima sebagai Cawapres Ganjar Pranowo.
Sebuah tafsir yang sangat kental dengan aroma politik kekinian yang kadangkala sangat dangkal dan boleh jadi “brutal.”
Baca Juga: Desain Politik 2024
Tetapi, makna-makna dari tafsir itu tidak seutuhnya kehilangan rantai relevansinya, kalau melihat kondisi Partai Demokrat yang terus mendapat gangguan dari pihak “dalam istana.”
Diskusi
Sebagai seorang lelaki dan suami, SBY adalah sosok yang mengutamakan diskusi, bahkan dengan istri.
Ketika mendapat mandat dari Gus Dur untuk menjabat sebagai Menteri Pertambangan dan Energi, SBY meminta pendapat dari sang istri, Kristiani Herawati yang akrab disapa Bu Ani Yudhoyono.
Hasil diskusi itu, SBY menerima mandat dari Gus Dur. Dan, sejak itu, karir politik SBY berjalan mulus.
Selepas era Gus Dur, SBY menjadi Menteri Koordinator Politik sosial dan Keamanan pada era Presiden Megawati.
SBY sendiri adalah putra dari R. Soekotjo, sosok yang keras dan punya disiplin tinggi. Sedangkan sang ibu SBY adalah Siti Habibah, putri dari pendiri Pondok Pesantren Salafiyah, Tremas, Pacitan, Jawa Timur.
SBY lahir dari keluarga yang jauh dari kemewahan. Kala itu gaji sang ayah dari SBY hanya cukup untuk menghidupi keluarga secara sederhana.
Namun, ayah dan ibu SBY selalu tetap memegang teguh nilai-nilai kedisiplinan dan keimann dengan kuat.
SBY pun mendapat sentuhan pendidikan dari keluarga pada penekanan sikap kerja keras dan disiplin.
Membaca Wayang
Satu sisi yang menarik untuk bisa memotret SBY yang piawai dalam politik adalah kegemarannya sejak kecil membaca buku wayang.
Baca Lagi: Muhasabah Politik Umat
Dari buku wayang itulah SBY mengenal kultur Jawa, penghormatan, dan sopan santun.
Mungkin itulah salah satu bacaan yang memberi pengaruh pada sikap dan karakter SBY yang santun, tenang, pendiam, tidak emosional dan bersahaja.
Jadi, dari sekelumit perjalanan hidup SBY itu kita dapat menarik satu cara memahami mimpi SBY itu bahwa, putra dari Siti Habibah itu ingin Jokowi dan Megawati berbesar hati. (Baca Biografi Politik Susilo Bambang Yudhoyono, Karya Garda Maeswara).
Jangan merasa sebagai sosok yang terus mau di depan. Padahal perjalanan waktu telah mengantarkan mereka untuk berhenti, baik karena mekanisme regulasi maupun perjalanan semesta itu sendiri.
Bersikap adil, dewasa dan membiarkan proses pemilihan presiden tahun depan berjalan pada rel yang benar, sesuai tujuan negara ini dibangun, lebih baik mendapat dukungan bersama. Toh, sama-sama sudah sebagai rakyat biasa.
Akan tetapi apakah benar itu maksud dari mimpi SBY? Tentu hanya SBY yang mampu menjelaskan secara pasti. Tetapi, sebagai insan dengan akal sehat, ini adalah satu cara untuk bisa memahami, apa yang SBY lempar ke publik sebagai “mimpi.”*