Dahulu narasi tentang milenial selalu indah dan penuh harapan. Belakangan aromanya mulai bergeser, banyak anak milenial terkena gangguan mental dalam menjalani kehidupan. Sebagian depresi berat. Padahal tidak perlu depresi kalau tahu cara berpikirnya.
Hasil survei Blue Cross Blue Shield Association (BCBSA) menyatakan bahwa gneerasi milenial tak lebih sehat jika dibandingkan generasi sebelumnya.
Akibatnya mereka mudah depresi dan lari ke penyalahgunaan zat adiktif alias narkoba dan alkohol.
Baca Juga: Energi Hidup Chef Haryo
Hal itu semakin buruk dengan kondisi milenial yang lahir bersama teknologi, sehingga jarang di antara mereka yang kontak mata secara langsung, ngobrol mendalam dengan sesama.
Akibatnya milenial sulit memahami pikiran dan perasaan mereka atau pun orang lain. Tambah lagi minimnya kehangatan dari keluarga. Orang tua milenial umumnya sibuk bekerja.
Jati Diri
Generasi milenial atau Gen-Y adalah orang kelahiran kisaran 1982 sampai 2004. Generasi ini rentan depresi karena banyak kekhawatiran.
Kekhawatiran meliputi soal finansial, penggunaan media sosial, lingkungan kerja yang berat, hingga kecemaasan berlebih serta daftar keinginan yang begitu banyak dan belum tercapai.
Soal uang, ini adalah sisi paling mengkhawatirkan bagi milenial. Hal ini karena sulitnya mendapat pekerjaan, sementara mereka terbayang akan hari pernikahan. Belum lagi kalau memilih pacaran, energi dan pikiran habis terkuras.
Bukan sebatas uang, mereka juga khawatir kehidupan setelah mengambil keputusan, apakah bisa survive dan stabil atau bagaimana.
Tetapi, sebenarnya tantangan hidup manusia, mau generasi milenial atau apa pun namanya, secara prinsip sama.
Hukum sukses memang mensyaratkan kesungguhan, kerja keras, fokus, dan totalitas. Artinya, cara hidup bahagia dan berhasil secara finansial, rumusnya sama, siap kerja keras.
Beruntung kalau milenial itu beragama Islam, ia punya sandaran pada Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa. Maha mengabulkan doa. Tinggal bagaimana kesholehan diri terus dibangun dan diperkuat.
Sebab sebagai manusia, tugas utama kita hanya dua. Pertama, menjadi hamba. Yakni tunduk dan patuh kepada Allah. Kedua, sebagai khalifah, mampu menebar kebaikan bagi kehidupan.
Jadi lebih baik kembali pada jati diri sebagai hamba dan khalifah Allah. Kemudian waktu yang ada gunakan sebaik mungkin untuk berpikir dan bertindak.
Kuatkan Aksi
Khawatir akan masa depan itu wajar, tapi tidak normal kalau kerjanya hanya khawatir. Harus ada aksi untuk bisa mewujudkan mimpi.
Kalau takut tidak bisa menikah karena tidak punya uang yang cukup, maka sikap terbaik adalah banyak bekerja sedikit belanja. Alias perbanyak menabung.
Nanti, kalau sudah ada usaha, biasa Allah akan berikan jalan untuk bisa menikah. Walau terkadang uang tidak benar-benar cukup.
Baca Lagi: Api Perjuangan Mo Salah
Hidup ini tak seperti CEO perusahaan mengatur bisnis. Hidup ini juga tak serumit rumus-rumus ilmu pengetahuan alam. Namun, hidup juga tak seindah mimpi orang dalam film.
Artinya bekerjalah, berbuatlah, berkaryalah.
Dan, ingat. Jangan buru-buru dapat hasil.
Prinsipnya bangun karakter diri. Kelak dari karakter itulah akan muncul beragam kesempatan dan kebahagiaan.
Sebab, ternyata akar dari semua keberhasilan adalah iman, integritas dan karya. Yakinlah.*