Home Artikel Mereka yang Tersungkur
Mereka yang Tersungkur

Mereka yang Tersungkur

by Imam Nawawi

Lembaran demi lembaran buku sejarah menjadi teman setia dalam “pertapaanku” dalam beerapa hari terakhir. Pertapaan yang kini familiar dengan istilah isolasi mandiri. Lembaran-lembaran itu memberikan paparan tentang bangsa dan pemimpin yang tersungkur.

Seperti masa tua dalam kehidupan seseorang, sebuah bangsa dan pemimpin akan tersungkur setelah melalui beberapa tahap yang tak terhindarkan.

Mulai dari abai akan hakikat amanah. Senang dengan kekayaan dan hiburan. Kemudian enggan untuk memperbaiki diri. Anti mendengar nasihat. Dan, merasa dunia akan aman-aman saja, termasuk tahta dan kerajaannya.

Kanan kiri, orang hanya mengatakan yang baik-baik saja, sampai diri enggan melihat reaitas dengan ketajaman pemikiran. Rakyat hidup dalam kemelaratan, fitnah dan hoax di segala sisi. Sampai tiba saatnya, serangan mendadak datang dan semua sudah kehilangan daya untuk bertahan.

Baca Juga: Bagaimana Jika Terjadi Perang Abad Ini?

Pribadi yang tidak kompeten naik tahta, kanan kiri sibuk meakukan makar, akhinya seperti tubuh manusia, kerajaan atau sekarang istiahnya negara digerogoti penyakit dalam yang kronis dan mematikan.

Namun, semua lembaran sejarah itu bukti bahwa kita hari ini dapat mengambi pelajaran. Bahkan segarang Jenghis Khan (membunuh lebih dari 3 juta orang dalam 18 tahun), masa akhirnya tiba dan seteah 140 tahun, kekaisarannya runtuh dan mati.

Kematian Sejati

Mengapa itu semua terjadi, tidak lain karena banyak pemimpin yang mengalami kematian sejati.

Yaitu matinya hati nurani, kesadaran hingga jatuhnya kompetensi dalam mengemban amanah kepemimpinan.

Mulai tidak mampu menyelesaikan masalah, tidak cakap dalam hal sosial, kehilangan tujuan jangka panjang, terjebak kepentingan keluarga dan koega, hingga hilangnya kemauan berjuang. Bahkan salah memilih orang yang pantas untuk memberikan saran dan masukan.

Seperti yang pernah menjadi pengalaman Khalifah Al-Musta’shim, ia memilih orang-orang dekat yang tidak cakap. Akibatnya ia terbelenggu, tidak mampu berbuat banyak.

Kata-katanya berlalu bagai angin lewat, selalu waswas dan melulu merasa cemas akan tersungkur dari kekuasaan. Sampai akhirnya ia menghembuskan nafas terakhir di tangan Huagu Khan dan berakhirlah kisah jaya Kekhalifahan Abbasiyah.

Mampu Menepati

Tentu kita tidak menginginkan bangsa ini tersungkur pada kegelapan. Tetapi hal itu membutuhkan semua eleman sadar dan bangkit.

Bahwa ke depan sosok yang layak menjadi pemimpin ialah yang mampu menepati. Satu yang paling utama, menepati janji.

Dalam buku “Bangkit dan Runtuhnya Daulah Abbasiyah” karya Syaikh Muhammad Al-Khudhari dijelaskan bahwa sebab runtuhnya Khilafah Abbasiyah adalah karena lemahnya kesadaran menepati janji.

Baca Lagi: Transformasi Kejahatan

Menepati janji adalah salah satu akhlak yang masyarakat Arab sangat menjunjung tinggi. Bahkan untuk menepati janji mereka rea mengorbankan harta benda, jiwa bahkan anak mereka. Namun kemudian kebaikan itu mereka abaikan begitu saja, sehingga sikap saling tidak percaya tumbuh dimana-mana.

Kalau kita mau jujur, hal ini dapat kita jadikan kacamata dalam memahami realitas belakangan, bahwa kesulitan yang dialami rakyat bukan karena kondisi negara yang sulit, tetapi banyaknya orang yang berjanji namun mereka tidak sungguh-sungguh menepati janji-janjinya.

Situasi itu tidak ringan. Kalau tidak ada penanganan yang tegas, bukan tidak mungkin bangsa Indonesia juga akan tersungkur pada usia belum genap 1 abad merdeka. Semoga tidak terjadi.*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment