Home Artikel Mereka yang Menutup Kebahagiaannya
Mereka Menutup Kebahagiaannya

Mereka yang Menutup Kebahagiaannya

by Imam Nawawi

Menjadi bahagia merupakan keinginan setiap anak manusia. Namun sebagian orang malah memilih menutupnya sendiri. Aneh, tapi nyata! Kita perlu menggali hikmah dari mereka yang telah menutup jalan kebahagiaannya sendiri.

Bagaimana orang menutup jalan bahagianya sendiri? Yaitu dengan melakukan hal-hal yang merusak.

Kasus polisi menembak pelajar SMK di Semarang bisa jadi bukti kasus terkini. Bahwa tindakan tidak benar menjadikan hidup seseorang jauh dari kebahagiaan.

Media online mengabarkan bahwa Aipda Robig Zaenudin, penembak yang menewaskan siswa SMKN 4 Semarang, Gamma (17), dijatuhi hukuman Pemberhentian Tidak Dengan Hormat (PTDH).

Demikianlah hasil sidang etik terkait masalah ini yang berlangsung di Mapolda Jawa Tengah pada Senin (9/12) malam. Bagaimana?

Pasti Terungkap

Satu hal yang harus kita pahami bahwa tindakan jahat, betapapun terlaksana dengan rencana rapi, senyap dan bengis, bahkan oleh seorang penguasa sekalipun. Pada akhirnya akan tumbang juga.

Rezim Presiden Bashar Al Assad di Suriah tumbang pada Minggu (8/12/2024) pagi setelah pasukan oposisi menguasai Damaskus hanya dalam waktu kurang dari dua pekan.

Didukung militer Iran dan Rusia, Assad selama lebih dari satu dekade menghadapi tekanan pemberontak.

Asad tampil sebagai pemimpin otoriter yang menggunakan gas beracun dalam perang saudara. Kini Assad kabur ke Rusia.

Dahulu Indonesia juga sempat ramai oleh berita petinggi polisi menembak ajudannya sendiri. Rekayasa telah disusun dengan rapi. Namun fakta kemudian terungkap.

Jadi, dunia ini, di balik kesementaraannya selalu tak bisa menerima perilaku jahat manusia kepada orang lain. Sebaliknya, betapapun seseorang dizalimi, akan tiba masa ia kembali bahagia.

Baca Juga: Cinta untuk Maju Terus dalam Kebaikan

Tampaknya itu yang tidak lama lagi akan jadi kenyataan bagi masyarakat Gaza.

Baik dan Baik

Menyadari dua fakta itu kita dapat belajar bahwa tugas kita adalah berbuat baik dan berperilaku baik.

Syaikh Muhammad Uwais An-Nadwy dalam buku “Tafsir Ibnu Qayyim Tafsir Ayat-Ayat Pilihan” menerangkan bahwa sejauh mana orang jauh dari kebaikan, maka sejauh itu pula ia dari rahmat Allah.

“Siapa yang dekat dengan kebaikan, maka Allah pun mendekat kepadanya dengan rahmat-Nya, dan siapa yang jauh dari kebaikan, maka Allah menjadikannya jauh dengan rahmat-Nya,” tulisnya.

Hal itu mesti mendorong kita untuk cinta pada kebaikan.

Rasulullah SAW pada satu momen menjelaskan kepada sahabat apa itu kebaikan.

“Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan pula (QS. Ar-Rahman: 60). Kemudian Rasulullah melanjutkan, “Tahukah kalian apa yang difirmankan Rabb kalian? Mereka menjawab, ‘Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.

Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada balasan bagi orang yang diberi nikmat tauhid kecuali surga.”

Jadi sumber kebaikan adalah tauhid. Yakni meyakini hanya Allah sebagai Tuhan yang berhak kita sembah, tanpa sekutu. Dengan komitmen pada nilai-nilai tauhid, hidup kita akan bahagia dan membahagiakan.*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment