Mas Imam Nawawi

- Kajian Utama

Merajut Masa Depan Indonesia

Kalimat, merajut masa depan Indonesia, sungguh teramat penting kita hadirkan. Terlebih kala melihat fakta belakangan, yang hampir pada semua sisi, wajah bangsa dan negara mengalami degradasi. Sebagai bukti, cara merespon para pemegang amanah yang cenderung kurang memancarkan empati pada rakyat. Kemudian “kerja” media yang cenderung suka dengan jual beli kalimat yang kurang mencerdaskan, bahkan cenderung […]

Merajut masa depan Indonesia

Kalimat, merajut masa depan Indonesia, sungguh teramat penting kita hadirkan. Terlebih kala melihat fakta belakangan, yang hampir pada semua sisi, wajah bangsa dan negara mengalami degradasi.

Sebagai bukti, cara merespon para pemegang amanah yang cenderung kurang memancarkan empati pada rakyat.

Kemudian “kerja” media yang cenderung suka dengan jual beli kalimat yang kurang mencerdaskan, bahkan cenderung tidak penting. Terus-menerus mereka tampilkan ke ruang publik.

Pada saat yang sama, sisi ekonomi bangsa amatlah memburuk. Dalam situasi wabah yang semestinya UU Karantina berjalan, kita melihat malah kecil upaya ke sana.

Baca Juga: Kekuasaan itu Amanah

Semua itu katanya karena pemerintah tidak memiliki cukup dana. Sekalipun seorang ekonom pernah mengatakan, sebenarnya dana itu ada. Tetapi kembali kepada fakta, sebagian besar rakyat berhadapan dengan segala konsekuensi pembatasan dengan tingkat tekanan batin yang tidak tergambarkan.

Bahkan, respon pemimpin tertinggi dalam hal ini belum sampai pada tahap mensolusikan masalah. Sebaliknya, kehadirannya justru dengan gaya lama. Gaya yang sebenarnya tidak cukup kuat relevansinya dengan kondisi krisis kesehatan yang tengah melanda negeri ini.

Nasihat Eep untuk Masa Depan Indonesia

Eep Saefullah Fatah dalam acara 20 Tahun Gus Dur Jatuh. Yang bisa kita saksikan pada channel Youtube Refly Harun, memberikan penjelasan menarik perihal bagaimana bangsa ini belajar dari sejarah. Hanya dengan cara itu kita bisa melangkah ke masa depan dengan lebih cerah.

“Demokrasi Indonesia semakin hari itu semakin berorientasi pada suatu yang sifatnya teknis, technicality.

Sehingga seseorang (kita) anggap layak jadi pemimpin ketika ia tidak punya gagasan besar tentang bangsanya,” katanya.

Lalu ia tegaskan, “Menurut saya itu tidak boleh diulang!”

Kemudian Eep memberikan sebuah saran ke depan bagi calon pemimpin dan tentu saja generasi muda bangsa dalam hal bagaimana memilih pemimpin Indonesia masa depan.

“Ke depan ketika kita memilih pemimpin gagasan besar tentang bangsa yang dipahami secara mendalam, pemahaman yang utuh, komprehensif tentang demokrasi dan bagaimana demokrasi bekerja, bagaimana mengkomunikasikan berbagai persoalan dengan melibatkan publik sebagai orientasi dan bagian penting itu menjadi salah satu yang amat sangat krusial.”

Saran ini tentu berdasarkan pada penyelaman mendalam terhadap sejarah, terlebih Eep memang termasuk menjadi bagian yang “terlibat” di dalam dinamika politik Tanah Air, utamanya kala Gus Dur menjadi presiden.

Bicara Masa Depan Wajib Memahami Sejarah

Tentu kita tidak berkepentingan menyalahkan satu sosok dan membenarkan sosok lainnya.

Sebagai bangsa yang memiliki sejarah dinamika politik yang kental, kita hanya akan melihat fakta secara jujur kemudian menemukan mutiara dari kedalaman sejarah untuk merajut masa depan bangsa yang lebih baik.

Kata Raghib As-Sirjani dalam buku Bangkit dan Runtuhnya Andalusia, sejarah itu penting kita selami. Karena dari sejarah kita dapat menemukan “kompas” masa depan yang lebih baik.

Karena secara hakikat perjalanan manusia, termasuk sejarah bangsa tidak lepas dari sunnah (ketetapan) Allah. Ketentuan-Nya yang kita kenal dengan istilah Sunnatullah.

“Kita sangat perlu memahami sistem dan aturan (Sunnatullah) tersebut (dalam lembaran sejarah), agar dapat memanfaatkan berbagai nikmat Allah yang diciptakan dan dihamparkan-Nya untuk kita.

Bahkan lebih dari itu, agar kita dapat menjalani kehidupan yang benar dengan memahami pengalaman-pengalaman masa lalu yang telah terjadi sesuai dengan Sunnatullah di alam-Nya ini (yang tetap dan tidak akan pernah berubah).”

Jadi, merajut Indonesia masa depan bukan sebatas tentang siapa yang layak jadi presiden pada 2024, tetapi juga bagaimana anak-anak muda bangsa melihat sejarah Indonesia kemudian merajutnya untuk masa depan yang cerah.

Sudah pasti, kedewasaan, kesadaran intelektual, bahkan kepedulian atas kepemimpinan, harus mulai kita bangun dengan serius.

Baca Juga: Inilah Pemimpin yang Suka Diskusi Ilmiah

Mungkin ada yang harus melalui jalur politik praktis. Namun, jalur keilmuan dan gerakan yang mendewasakan rakyat adalah yang amat krusial saat ini, untuk 2024 Indonesia yang lebih baik.

Mas Imam Nawawi

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *