Home Opini Menyiapkan Masa Depan
Menyiapkan Masa Depan

Menyiapkan Masa Depan

by Imam Nawawi

Melihat situasi dan kondisi bangsa saat ini, seakan Indonesia tak lagi memiliki masa depan. Tetapi sejatinya tidak. Kalau kita mau lebih luas memandang, masih ada kesempatan kita semua menyiapkan masa depan.

Ada dua alasan mengapa kesempatan itu masih ada. Pertama, Indonesia merdeka bagi orang pra kemerdekaan adalah hal yang sulit atau bahkan mustahil. Tetapi faktanya kala hadir ide dan perjuangan, kemerdekaan itu jadi nyata.

Kedua, Jepang, usai porak poranda karena bom atom AS, segera mengambil langkah jelas dan fokus, membangun budaya ilmu.

Baca Juga: Bijak Membaca Berita

Kini, siapa yang tidak tahu, Jepang menjadi negara yang maju dengan tidak kehilangan jati dirinya sebagai bangsa Timur. Meskipun dalam hal pergaulan hidup, Jepang tidak lagi berbeda dengan budaya hidup peradaban Barat.

Budaya Ilmu

Satu langkah terbaik untuk menyiapkan masa depan adalah membangun budaya ilmu. Dalam Islam jelas, perlu membangun budaya Iqra’ Bismirabbik.

Soal budaya ilmu, Prof Wan Daud memberikan bukti bagaimana peradaban dunia, apa pun itu bangkit dengan basis budaya ilmu.

“Manusia berbudaya ilmu bukan sahaja harus mengetahui ide dan prinsip penting zamannya seperti yang dikehendaki oleh Gasset, tetapi lebih utama lagi ialah prinsip penting dan gagasan utama dalam agamanya serta sejarah pemikirannya.”

Oleh karena itu, anak muda bangsa harus sadar bahwa ilmu harus kita cintai, hingga dalam berkata-kata pun kita tidak lepas dari ilmu.

Apabila situasi dan kondisi itu bisa kita hadirkan, maka bangsa ini akan bisa memilih dengan cermat dan pasti, siapa pemimpin yang bisa membawa kemajuan budaya ilmu di Indonesia.

Keyakinan

Menyiapkan masa depan memang butuh ilmu, teknologi dan kerapian pendidikan. Namun lebih jauh adalah keyakinan.

Pada tahun 1882 Jepang memiliki buku berjudul Galakkan Pelajaran karya Yukichi Fukuzawa. Waktu itu buku tersebut terjual 600 ribu naskah.

Bunyi buku itu di antaranya begini. “Manusia tidak dilahirkan mulia atau hina, kaya atau miskin, tetapi dilahirkan sama dengan yang lain. Sesiapa yang gigih belajar dan menguasai ilmu dengan baik akan menjadi mulia dan kaya, tetapi mereka yang jahil akan menjadi papa dan hina.” (Pengantar Adian Husaini dalam buku “Solusi Kekacauan Ilmu” karya Fatih Madini).

Perlu kita catat bersama, Indonesia ini belum benar-benar merdeka dan berjaya. Kita keluar dari penjajahan militer dan politik kemudian terperangkap dalam penjajahan ekonomi dan teknologi.

Baca Lagi: Menjawab Tantangan Masa Depan Bangsa

Dalam kata yang lain masih ada kesempatan kita tetap gigih berjuang dengan memperdalam ilmu sebaik-baiknya. Lalu tetap berdiri tegak sebagai bangsa Indonesia.

Dahulu Bung Karno, Bung Hatta, Haji Agus Salim, AR Baswedan, M. Natsir dan lainnya adalah bapak bangsa yang memiliki kemampuan membaca dan berpikir di atas bangsa Belanda dan bahkan Eropa seluruhnya serta Amerika.

Jika sejarah memberikan rujukan sekaligus teladan, bukankah itu berarti kita pun bisa? Tinggal bagaimana diri yakin dan sungguh-sungguh, menyiapkan kemenangan masa depan.*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment