Home Kisah Menyesap Makna Al-Qur’an, Seperti Menikmati Kopi Pagi
Kopi

Menyesap Makna Al-Qur’an, Seperti Menikmati Kopi Pagi

by Imam Nawawi

Pagi itu, udara Ramadan masih sejuk ketika saya duduk bersama para pemuda dalam Bincang Literasi Pemuda #8. Tema kali ini begitu menarik: “Ramadan: Saat Indah Membangun Cara Berpikir Qurani.” Saya membuka perbincangan dengan sebuah analogi sederhana namun dalam—menikmati Al-Qur’an itu seperti menyeruput kopi panas.

Saya mengajak mereka membayangkan secangkir kopi yang baru diseduh. Tak mungkin langsung diteguk, bukan?

Kita akan menghidunya perlahan, menikmati aromanya, lalu menyeruput sedikit demi sedikit agar rasanya meresap sempurna.

Begitulah cara Al-Qur’an turun ke dunia, tidak sekaligus, tetapi bertahap, sesuai dengan kebutuhan manusia dan peristiwa yang terjadi. Dengan cara itulah, maknanya bisa benar-benar dicerna, bukan sekadar dibaca.

Mulailah Dekat dengan Al-Qur’an

Seorang peserta bertanya, “Apakah cukup memahami Al-Qur’an hanya dari terjemahan Kemenag?”

Saya tersenyum dan berkata, mulailah dari apa yang bisa kita pahami, tapi jangan berhenti di sana. Ilmu harus terus meningkat.

Jika hari ini baru sampai pada pemahaman dasar, maka esok harus lebih dalam. Seperti seseorang yang belajar bahasa baru—dia tak bisa fasih dalam semalam, tetapi dengan kesabaran dan ketekunan, pemahamannya akan semakin luas.

Jadikan Al-Qur’an sebagai Petunjuk

Akhirnya, saya kembali mengingatkan mereka bahwa Al-Qur’an adalah petunjuk. Petunjuk bagi siapa? Bagi mereka yang punya tujuan.

Jika tujuan hidup kita adalah beribadah kepada Allah, maka kita akan selalu mencari jalan terbaik untuk sampai kepada-Nya.

Dan jalan itu ada dalam setiap huruf, ayat, dan surah dalam Al-Qur’an.

Maka, siapa yang benar-benar ingin mendekat kepada Allah, pasti akan rindu membaca dan memahami Al-Qur’an. Karena hanya dengan cara itu, kita bisa melangkah dengan selamat dan maslahat dalam hidup ini.*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment