Mas Imam Nawawi

- Kisah

Menyerap Energi Kebaikan dari Pelaku Langsung

Berbahagia sekali, kemarin (25/4/25) saya bisa menyusuri dua lokasi di Kota Tegal dan Kabupaten Tegal. Tentu saja karena saya dapat menyerap energi kebaikan dari pelaku langsung. Pertama bertemu pemimpin pesantren yang memang ahli ilmu. Dia mengatakan bahwa sedang menerapkan kurikulum baru untuk melahirkan santri yang siap menjawab tantangan masa depan. Yakni kembali pada konsep pembelajaran […]

Menyerap

Berbahagia sekali, kemarin (25/4/25) saya bisa menyusuri dua lokasi di Kota Tegal dan Kabupaten Tegal. Tentu saja karena saya dapat menyerap energi kebaikan dari pelaku langsung.

Pertama bertemu pemimpin pesantren yang memang ahli ilmu. Dia mengatakan bahwa sedang menerapkan kurikulum baru untuk melahirkan santri yang siap menjawab tantangan masa depan. Yakni kembali pada konsep pembelajaran sesuai kesungguhan santri berbasis halaqah.

Kemudian satu lagi, orang biasa (artinya tanpa jabatan) tapi yang diurus masjid dan pendidikan Quran anak-anak di kampungnya. Bagi saya, mereka adalah pelaku kebaikan secara langsung.

Dari dua pelaku kebaikan langsung itu saya menemukan pemahaman yang dalam. Meskipun cara mereka menjelaskan sangat sederhana, praktis namun relevan. Tentu karena itu berbasis pada pengalaman nyata.

Kemudian nilai spiritual dan akhlak menjadi mudah masuk karena memang mereka pelakunya.

Dan, yang tak kalah menarik, ikatan emosional dan kepercayaan cepat tumbuh, karena memang basisnya adalah bukti dari teori yang mereka miliki.

Teknik Menyerap Kebaikan

Setiap orang pasti pernah bertemu dengan orang-orang yang aktif membina masyarakat. Tapi kadang kita tidak sampai mampu menyerap energi kebaikan mereka. Mengapa?

Saya kira perlu tahu bagaimana teknik menyerap kebaikan dari orang lain.

Pertama, buka hati kita

Terkadang kita tanpa sadar tidak menganggap orang lain. Meskipun itu ahli ilmu atau pelaku kebaikan di desa. Padahal mereka melakukan semua itu dengan landasan kesadaran hidup yang mendalam. Jadi buka hati, siap menerima hal-hal baik dari mereka.

Kedua, totalitas memerhatikan

Salah satu bentuknya seperti mendengarkan cerita, nasihat, atau pengalaman inspiratif dari mereka.

Ketika kita berada di dekat orang-orang baik yang memiliki aura positif, sikap rendah hati, dan kebijaksanaan, kita bisa menyerap nilai-nilai luhur tersebut melalui keteladanan.

Misalnya, saat seorang Ustadz atau pemimpin spiritual berbicara dengan penuh kesabaran dan keikhlasan, kita bisa merasakan getaran positif yang membuat kita termotivasi untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Proses ini tidak hanya terjadi secara verbal, tetapi juga melalui energi non-verbal seperti senyuman, tatapan, atau bahkan cara mereka bersikap.

Ketiga, refleksikan

Setelah berinteraksi dengan orang baik, luangkan waktu untuk merenung tentang pelajaran apa yang bisa diambil dari mereka. Misalnya, jika Anda belajar dari seorang relawan yang gigih membantu anak-anak kurang mampu.

Tanyakan pada diri sendiri: “Apa yang membuatnya begitu ikhlas? Bagaimana saya bisa mengadopsi semangat ini dalam hidup saya?”

Dengan langkah itu, kita akan dapat memahami sekaligus menyerap kebaikan. Betapa banyak orang ketemu A, B, dan C, tapi setelah berlalu setahun, dua tahun dan seterusnya, tak ada perubahan watak dan perilaku yang dihasilkan. Salah satunya, ia hanya senang bertemu, tapi tidak menyerap energi kebaikan dari setiap pertemuan. Tentu saja, itu rugi!*

Mas Imam Nawawi

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *