Home Kajian Utama Menyerap Energi Alquran
Menyerap energi Alquran

Menyerap Energi Alquran

by Imam Nawawi

Alquran itu mukjizat, kita semua tahu. Akan tetapi dibalik kata mukjizat sebenarnya ada tugas penting yang harus kita tunaikan. Yaitu menyerap energi dari Alquran.

Oleh karena itu kala membaca Alquran kita mendapat petunjuk agar perlahan-lahan. “Dan bacalah Alquran itu dengan perlahan-lahan” (QS. Al-Muzzammil: 4).

Tafsir Al-Muyassar menjelaskan agar kita membaca dengan tenang dan pelan, dengan huruf-huruf dan waqaf-waqaf yang jelas.

Tentu saja secara lebih mendalam membaca perlahan-lahan bermakna jangan membaca Alquran kemudian tidak ada pemahaman yang menghujam ke dalam kesadaran.

Mengutip pendapat para ulama Imam Nawawi dalam At-Tibyan menerangkan bahwa target membaca secara tartil adalah menghayati makna Alquran. Hal itu juga bentuk sikap mengagungkan dan memuliakan Alquran.

Serap dalam Kehidupan

Setelah kita bisa membaca Alquran dengan tartil, tugas kita adalah menyerap untuk menjadikan kandungan Alquran sebagai petunjuk bahkan sikap dan cara kita berperilaku. Ini memang tidak mudah, dalam arti kita tidak bisa sesempurna Nabi SAW dalam menerapkannya. Tapi bagaimanapun itu adalah tugas kita, menyerap energi Alquran dalam kehidupan nyata.

Baca Juga: Raih Berkah dengan Fokus Kebaikan

Secara ideal, kita penting sekali berinteraksi dengan Alquran itu secara menyeluruh. Meliputi hati, akal bahkan perasaan. Cara itu akan memudahkan kita hidup dengan penerapan nilai-nilai Alquran.

Misalnya perintah Iqra’ Bismirabbik, jelas ini harus menjelma dalam diri setiap Muslim menjadi pembaca yang dalam, detail, baik dan terus menerus. Kita bisa cek sekarang, jika dalam kehidupan sehari-hari, baru dapat satu informasi negatif, kemudian diri menjadi emosi secara negatif, maka itu menandakan bahwa kita belum memiliki budaya membaca yang baik.

Tertib dan Disiplin

Alquran dengan segenap ayat yang ada tidak saja berbicara soal akhlak, tetapi juga mendorong kita berpikir fenomena alam. Siang dan malam misalnya, harus kita pahami sebagai wujud kekuasaan Allah, mengatur alam semesta.

Ibn Katsir dan Sayyid Qutub memiliki penjelasan senada, bahwa adanya siang dan malam adalah cara Allah mengatur alam semesta. Tentu saja sebagai ibrah bagi manusia untuk hidup dengan tertib dan disiplin.

Ahzami Samiun Jazuli dalam buku “Kehidupan dalam Pandangan Alquran” menerangkan bahwa tanpa adanya regulasi yang sistematis dan holistik dengan adanya siang dan malam, sudah pasti kacau balau kehidupan semesta, termasuk manusia.

Dalam kitab al-Ilm Yad’u Lil Limaan kita dapat temukan penjelasan bahwa bumi berputar pada porosnya dalam 24 jam dengan kecepatan 1000 mil perjamnya. Jika ada pelambatan, katakan 100 mil perjam, maka siang dan malam akan berlangsung lebih lama dari 24 jam, tepatnya lebih lama 10 kali lipat.

Jika kondisi itu yang terjadi, maka bumi akan terbakar di siang hari. Sedangkan membeku kala tiba malam hari.

Dengan demikian, mari perlahan-lahan membaca Alquran, menemukan makna dan menyerap energinya. Dengan pertolongan Allah, semoga kita dapat meraihnya.*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment