Menunggu bagi sebagian orang hampir selalu mendatangkan jemu. Apalagi menunggu antrian. Tetapi sebenarnya kita bisa siasati sendiri agar menunggu tanpa harus merasa jemu.
Hari ini saya harus menunggu seorang teman yang akan ke Jakarta. Alasan dia sama seperti yang saya rasakan kemarin, yaitu kemacetan.
Sekarang menuju Jakarta butuh kesabaran, karena macet hampir pada setiap ruas jalan.
Baca Juga: Membaca Bumi Cinta
Kemarin saya berangkat dari Depok sekitar 07.30 dan tiba di Jakarta Selatan 10.00. Coba hitung, panjang bukan?
Membaca
Tetapi kalau saya menunggu dan bisa duduk, apalagi bisa menulis dengan device yang saya bawa, ini akan membuat menunggu tanpa rasa jemu.
Saya memang mulai membawa buku fisik, setelah sekian lama menggunakan google book untuk mengisi kekosongan.
Kali ini buku karya Umer Chapra dengan judul “Peradaban Muslim Penyebab Keruntuhan & Perlunya Reformasi.”
Buku itu mengutip ungkapan Jaksa Agung AS, era Presiden Lyndon Johnson, yaitu Ramsy Clark. Jaksa Agung itu memandang bahwa Islam akan terus eksis dalam kehidupan ini.
Ia bahkan menilai umat Islam itu umat yang unik. Selalu ingin bersatu walau berbeda-beda. Tetap teguh pada nilai dasar walau termarginalkan.
Bahkan selalu mengedepankan tanggung jawab dalam pembangunan fisik dan manusia. Senantiasa menanamkan pendidikan dengan cara dialog dan komitmen menghadirkan Islam sebagai rahmat bagi semesta alam.
Gairah
Membaca sembari menunggu memang memberi gairah pada akal dan jiwa. Walaupun kita melakukannya hanya 5-10 menit.
Baca Lagi: Era Terbuka Mata Hati Tetap Tertutup
Sebab, bagi saya, membaca yang baik adalah yang membuat keyakinan kita semakin kokoh, pikiran semakin tajam. Dan, gairah mengisi kehidupan dengan kebaikan juga meningkat.
Lantas bagaimana kalau tidak suka membaca? Minimal berselancarlah dengan smartphone Anda untuk mendapatkan informasi kebaikan.*