Dalam pengantar buku Oreintalis & Diabolisme Pemikiran Dr Syamsudin Arif menulis begitu jelas perihal pentingnya menulis, yang itu ia peroleh dari nasihat sahabatnya. Dan, langkah ini memang penting menurut saya, utamanya dalam hal menulis untuk umat, bangsa dan negara.
“Sudah waktunya kamu menulis. Ilmu bukan hanya untuk dikumpulkan. Ia baru bermanfaat kalau disebarkan,” kata seorang sahabat kepada saya hampir satu dasawarsa silam.
Baca Juga: Bangun Kesadaran Menulis Pegiat Pendidikan
Kemudian pakar pemikiran itu menambahkan, “Menulis yang ia maksud ialah menulis untuk khalayak luas, bukan membuat makalah sekadar untuk memenuhi tugas mata kuliah, untuk forum diskusi mahasiswa, atau untuk jurnal ilmiah khusus.”
Jadi, idealnya lulusan perguruan tinggi itu menulis, menulis untuk umat, bangsa dan negara.
Kata pria asli Betawi itu, “Siapa membaca akan mengetahui, dan siapa menulis tidak akan mati.”
Membaca itu Dialog
Ketika saya ke Manokwari, seorang senior bertanya, bagaimana cara membaca agar menarik dan kita tertantang membaca lagi.
Jawaban saya sederhana. Pertama kita harus temukan poin pada setiap paragraf yang kita baca.
Selanjutnya kita hubungkan dengan pengalaman hidup dan ilmu yang kita miliki. Jika terjadi ketidakcocokan, maka jangan takut untuk berbeda pendapat.
Sebab membaca buku tidak berarti menelan semua pendapat penulis. Melainkan interaksi secara cerdas, sehingga membaca dapat menambah wawasan dan ketajaman berpikir.
Kalau aktivitas membaca dirasa mengantuk, maka langkah di atas boleh dicoba. Tentu ada banyak cara lain yang bisa kita gunakan.
Syariat Akademik
Prof. DR. Hamid Fahmy Zarkasyi menegaskan bahwa seorang mahasiswa akan bisa menulis dengan baik kalau dia membaca. Membaca dan menulis itu adalah syariat akademik.
Jadi, kalau ingin diri selalu bisa menulis, bahkan di setiap waktu luang dalam setiap hari yang dijalani, hendaknya perbanyak membaca.
Namun, setiap orang memiliki ketajaman tersendiri sekaligus keterbatasan tersendiri. Tetapi itu tidak perlu dirisaukan, karena yang terpenting bagaimana kita bisa menulis setiap hari.
Menulis setiap hari akan mendorong kita terus mencari ide, kemudian melakukan proses analisis, sehingga kita menjadi orang yang mudah memahami inti permasalahan, di saat yang sama tak mudah jadi orang yang bisa diprovokasi.
Baca Lagi: Siapa Membaca Dia Menguasai
Hal itulah yang mendorong keberadaan para penulis dapat berkontribusi baik bagi kelangsungan kehidupan umat, bangsa dan negara.
Terakhir, selamat membaca dan ikuti dengan kegiatan menulis. Jangan pernah berpikir berhenti, karena kegagalan itu ada pada kemalasan mental menggerakkan pikiran dan badan.*