Untuk apa kita menulis? Bagi kita yang beriman kepada Allah, tentu saja menulis adalah panggilan atas kesadaran untuk ikut berdakwah.
Selasa sore (3/9/24), saya dan teman-teman terlibat dalam dialog yang hangat dan penuh semangat dengan Ust. Dr. Abdul Ghofar Hadi, Wakil Sekretaris Jenderal Dewan Pengurus Pusat (DPP) Hidayatullah. Pertemuan ini menjadi momentum penting untuk membahas peran strategis komunitas menulis dalam gerakan dakwah Hidayatullah.
Ust. Ghofar, yang telah lama berkecimpung di dunia literasi sejak masa mahasiswa, mengungkapkan apresiasinya terhadap komunitas penulis ini. Ia melihat potensi besar dalam mengisi “ruang kosong” yang belum kita manfaatkan secara maksimal dalam gerakan dakwah, yaitu melalui tulisan.
“Konsekuensi dari ‘iqra’ (membaca) adalah ‘al-qalam’ (menulis). Literasi memiliki lima tahapan, dari membaca hingga mengimplementasikan. Memang perlu kerja keras, tapi inilah kesempatan bagi kita,” tegas Ust. Ghofar.
Ia juga menyoroti pentingnya mengubah perspektif dari sekadar mengkritik menjadi berkontribusi.
“Dalam penelitian, selalu ada kesenjangan antara realita dan idealita. Ruang kosong inilah tempat kita bermujahadah,” ujarnya.
Masih Minim
Ust. Ghofar mengajak para penulis untuk melihat minimnya tulisan dalam gerakan dakwah sebagai peluang, bukan sebagai bahan kritik.
“Kita harus positif, inilah ruang kosong yang harus kita isi,” tandasnya.
Baca Juga: Menulis sebagai Pembangkit Semangat
Pertemuan ini memberikan semangat baru bagi para penulis untuk terus berkarya dan berkontribusi dalam menyebarkan nilai-nilai kebaikan melalui tulisan.
Dengan dukungan dari tokoh-tokoh seperti Ust. Ghofar, komunitas menulis ini diharapkan dapat menjadi motor penggerak literasi dalam gerakan dakwah Hidayatullah, mengisi ruang-ruang kosong dengan karya-karya yang mencerahkan dan menginspirasi.
Siapkan Diri untuk Menulis
Komunitas menulis memang bisa dengan mudah dibentuk. Akan tetapi, menjadikan komunitas itu hidup penuh energi adalah tantangan tersendiri.
Oleh karena itu, komunitas menulis harus punya rencana menulis secara kuantitas dan kualitas. Jangan terlalu santai, ini akan membuat karya akan sangat minim.
Kita harus menantang diri untuk menulis terus menerus. Rumusnya adalah siapkan diri, bisa dengan outline, target, ataupun fokus pada kualitas dalam menulis.
Apa keuntungan kalau kita selalu menyiapkan diri untuk menulis?
Kita akan terus mencari dan menemukan ide. Ingat, menulis itu menuangkan ide. Semakin sering menulis, semakin intens seseorang berlatih untuk punya ide. Jelas ini sangat menguntungkan.
3 comments
Bisa gabung kh syeh dengan komunitas menulis
Bisa Bang, cukup dikumpulkan 5 orang di sana, kita bisa saling menguatkan secara online dan ofline
Bisa gabung kh