Home Kajian Utama Menulis untuk Bermanfaat
Menulis untuk bermanfaat

Menulis untuk Bermanfaat

by Imam Nawawi

Menulis untuk bermanfaat, penting kita sadari, terutama kaum muda. Mengingat pada dasarnya, setiap orang bisa menulis. Masalahnya, seperti sepakbola, setiap orang bisa menendang bola. Hanya saja ada yang tendangannya biasa-biasa saja, ada yang terampil menggocek bola, bahkan ada yang profesional dalam memainkan bola. Menulis, juga seperti itu.

Kalau orang sering berkata banyak jalan menuju Roma, kita harus paham bahwa tidak ada jalan singkat untuk pandai atau ahli dalam hal menulis. Seperti pemain sepakbola atau atlet pada umumnya, semua memerlukan latihan, proses dan kesungguhan.

Baca Juga: Menulis itu Memulai

Dan, hampir semua penulis sukses, punya masa perjuangan dalam menulis. Kang Maman Suherman misalnya yang telah menulis puluhan buku, ia mengaku bahwa novelnya yang berjudul “Re: dan peRempuan” kini bisa naik cetak berulang kali setelah memakan waktu 12 tahun lamanya. Tidak ada penerbit tertarik. Namun, ketika telah berulang kali naik cetak, banyak penerbit datang, kapan menerbitkan buku di tempat kami.

Motivasi

Pertanyaan mendasar yang harus bisa kita jawab adalah, mengapa kita harus menulis?

Kang Maman punya jawaban menarik, menulis itu amanah sang ibu. Maka Kang Maman terus berjuang untuk menulis. Dan, pendiri Indonesia Lawak Klub ini memang punya alasan kuat untuk terus menulis, yakni menulis adalah membaca berulang kali. Bukankah ayat pertama dalam Alquran adalah Iqra’? Jadi siapa menulis, ia mengamalkan Alquran.

Saya sendiri menulis setiap hari dalam rangka merawat anugerah besar Allah Ta’ala kepada umat manusia, yaitu akal. Semakin akal sering kita ajak bekerja, semakin aktif gerakannya dan semakin membuat kita memiliki kecerdasan pada level tertentu. Lebih jauh, menulis memang cara terbaik untuk mengabadikan pengalaman, perasaan, bahkan gagasan dan cita-cita.

Oleh karena itu pastikan motivasi yang jelas jika ingin menulis secara konsisten. Bukan menulis yang angin-anginan, apalagi sekedar cari popularitas. Itu akan sangat melelahkan dan memudahkan orang berputus saja. Menulis saja karena ingin ibadah kepada Allah. Cukup!

Urgensi

Menulis dapat meningkatkan daya tahan diri kuat dalam “melahap” berbagai macam pikiran dan gagasan orang. Orang yang rajin menulis berarti harus rajin membaca. Jadi, menulis sebenarnya membantu pemerintah mencerdaskan kehidupan bangsa.

Oleh karena itu yang akan mampu bertahan menulis hanya mereka yang memiliki visi hidup, kepedulian dan cinta kepada pembangunan manusia.

Kalau ada program yang mendesak pemerintah dan masyarakat lakukan adalah bagaimana memprogramkan satu rumah satu penulis. Dengan cara seperti itu masalah lingkungan, masjid, pasar, atau apapun akan mudah terkontrol. Karena orang akan berhati-hati, ada banyak penulis yang dapat memberikan saran, masukan, bahkan kritik.

Dan, untuk sampai pada tahapan seperti itu, anak-anak muda harus memiliki rasa keterpanggilan dalam merawat kondisi kita semua melalui tulisan yang tajam, bernas dan inspiratif.

Lebih-lebih, sarana untuk kita bisa menuangkan tulisan kini sangatlah luas. Bisa melalui FB, media sosial lainnya, termasuk website. Tinggal satu catatan, kita harus menulis dengan tepat, benar dan tidak kontraproduktif.

Perjuangan

Menulis bisa jadi sarana perjuangan. Itulah yang para ulama dan saintis Muslim zaman dahulu lakukan, sehingga sekarang kita bisa menikmati jerih payah dan buah pikiran mereka.

Baca Lagi: Buku yang Kian Dijauhi

Sekarang, seiring dengan meluasnya media sosial, setiap orang bisa menjadikan itu sebagai media perjuangan. Jangan salahkan medsos kenapa hadir. Tapi manfaatkanlah medsos sebagai sarana perjuangan melalui tulisan.

Belajarlah kepada mereka yang menulis untuk perjuangan, mereka tak pernah mati walau jasad berada dalam bumi. Mereka terus menginspirasi walau tak lagi bisa aktif diskusi. Itulah berkahnya menulis.

Dan, mengapa menulis kita sebut sebagai media perjuangan? Tidak lain, karena ketika kita tidak menekuni dunia tulis menulis, sebenarnya mereka yang buruk, menyembah setan dan senang kerusakan, tidak pernah berhenti menulis. Kalau kita yang baik tidak menuliskan kebaikan, maka dunia maya akan penuh dengan tulisan yang buruk.

Dan, hanya para pejuang semata yang akan terus menulis, berjuang menyuarakan kebenaran dalam berbagai macam media yang memungkinkan tulisan-tulisannya menjadi referensi banyak orang. Itulah orang yang dengan menulis memberi banyak manfaat.*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment