Home Kisah Menulis Sebagai Pembangkit Semangat

Menulis Sebagai Pembangkit Semangat

by Imam Nawawi

Menulis sebagai pembangkit semangat. Itulah yang jadi energi dari sosok seorang senior saya di Hidayatullah, Ustadz Asih Subagyo namanya.

Pada sesi istirahat dalam diskusi tentang 12 tahun Mavi Marmara Ustadz Asih memanggil saya.

Baca Juga: Menulis Tema Cinta Apakah Boleh?

“Mas Imam,” ujarnya dari kejauhan sembari tangan kanannya memberi kode segera merapat.

Merespon hal itu saya langsung berlari mendekat dari jarak kurang dari 10 meter. “Siap, Ustadz,” ucapku.

Menulis Jangan Pernah Berhenti

Beliau langsung berpesan. “Antum jangan pernah berhenti menulis. Terus menulis,” pesannya tegas.

“Saya ini menulis setiap hari. Beberapa teman bertanya. Saya sampaikan, saya menulis agar saya memiliki jejak kebaikan. Mudah-mudahan jadi amal sholeh. Maka setiap hari saya menulis,” imbuhnya.

Saya pun merespon dengan anggukan. Karena apa yang beliau sampaikan adalah hal yang sama-sama kami lakukan setiap hari.

“Memang ada yang berkata. Ustadz hanya menulis. Loh saya bilang, saya menulis. Anda melakukan apa,” ungkapnya sembari kami terkekeh bersama.

Menulis itu amal peradaban. Sebagai Muslim yang memiliki visi membangun peradaban, harusnya kita sadar dan kuat dalam literasi, narasi dan tentu saja aksi.

Tulisan yang Faktual dan Menggerakkan

Terbaru, Ustadz Asih Subagyo menulis dengan tema “Membangun DNA Juara.”

Sebagai pembaca ulet beliau memulai naskah itu dengan uraian perihal Real Madrid yang unggul lawan Liverpool dalam Liga Champions akhir pekan lalu.

Baca Juga: Jejak Kebaikan yang Harus Kita Tinggalkan

Analisanya pun menusuk pada paragraf kedua.

“Bukan tanpa alasan. Sebab secara statistik, mereka (Real Madrid) memang unggul. Sebelum menambah 1 gol pada pertandingan final tersebut, mereka sudah 13 kali juara Liga Champion, sedang Liverpol baru 6 kali juara.”

Jelas beliau ingin menegaskan bahwa kalau kita ingin hidup panjang dan berarti bagi generasi mendatang, menulis harus jadi pilihan perjuangan dalam hidup.

Meski demikian Ustadz Asih mengatakan, mari kita yang hobi menulis, terus menulis. Yang aksi kita dukung aksi dengan kekuatan masing-masing.

Dan, bagi saya Ustadz Asih adalah sosok yang hidup dan membangkitkan kaum muda karena kecintaannya pada perjuangan melalui pena, yakni menulis.

Menulis bagi beliau benar-benar sebuah upaya nyata membangkitkan semangat. Mari menulis (sebagai sarana) pembangkit semangat hidup.*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment