Home Kajian Utama Menulis itu Mencipta
Menulis itu Mencipta

Menulis itu Mencipta

by Imam Nawawi

Don Poynter mengatakan, “If you wait for an inspiration to write, you’re not a writer. You’re a waiter.” Terhadap ungkapan itu, Kang Maman dalam buku “Aku Menulis Maka Aku Ada” memberikan satu kata sebagai komentar, “Sahih!” Jadi, menulis itu memang mencipta.

Mungkin sudah tidak bisa saya hitung, berapa banyak orang yang kalau bertemu dalam acara literasi, ungkapannya sama walau tak seragam. “Bagaimana menemukan inspirasi untuk menulis?”

Baca Juga: Daripada Bingung, Menulis Lebih Baik

Sebagian orang menunggu. Walaupun ia sadar kalimat bertanya yang ia gunakan ada diksi “menemukan.”

Artinya jelas sejak awal, bahwa menulis itu memang mencipta. Menciptakan ide, menghasilkan konstruksi berpikir yang berbeda. Menghadirkan satu narasi yang lebih baik walau dalam versi sendiri.

Dalam kata yang lain, kalau menulis adalah mencipta, maka jangan jadi penanti, jangan mau terus menunggu. Jadilah orang yang aktif membaca, memperhatikan, sehingga akhirnya mampu menciptakan.

Menolong Sesama

Saya punya sebuah kisah yang merupakan pengalaman sahabat saya dalam hal menulis.

Suatu waktu ia rela datang ke sebuah kota di Jawa Tengah. Tujuannya satu, bertemu dengan seorang guru mengaji yang membutuhkan kursi roda. Singkat cerita, usai bertemu, ia menuturkannya dalam bentuk tulisan, lalu terbit dalam sebuah majalah filantropi Indonesia.

Tidak berselang lama, redaksi majalah mendapatkan telpon. Dari seberang suara itu meminta alamat sang guru yang butuh kursi roda itu. Sepekan kemudian, sahabat saya mendapati kabar dari sang guru itu, bahwa dirinya telah menerima sumbangan sebuah kursi roda.

Jadi, tulisan tidak hanya menciptakan ide. Tetapi bisa menciptakan perubahan bahkan mungkin “keajaiban.” Bagaimana sebuah tulisan akhirnya menjadi asbab datangnya kursi roda bagi guru ngaji yang disabilitas.

Ustadz Anwar Djaelani

Saya punya guru, kami sangat intens berinteraksi kala masih sama-sama di Surabaya. Namanya, Anwar Djaelani. Beliau aktivis LDK kala muda, alumnus pascasarjana Airlangga. Dan, telah menulis 10 buku.

Baca Lagi: Tulis, Mam! Pengalamanmu Bagus-Bagus

Beliau adalah sosok yang sangat intens mengamati dan meneliti para pejuang dakwah. Kepada mereka yang punya karya tulis, beliau jadikan bahan tulisan yang kalau kita membaca artikel-artikelnya, terasa sekali diri ingin segera menulis.

Lihat saja artikelnya yang berjudul “Gara-gara Menulis, Dakwah Mereka Eksis.” Beliau menuturkan dengan sangat lembut dan nendang betapa pejuang dakwah, ulama dan aktivis yang meninggalkan karya tulis dapat terus menginspirasi, walau jasad tidak lagi di atas bumi.

Berarti, menulis sejatinya bukan sekadar mencipta. Tetapi menulis sama dengan tidak pernah berhenti menciptakan. Bisa dalam arti menciptakan aliran ilmu yang panjang, inspirasi, petunjuk, atau bahkan semangat untuk bangkit menjadi lebih baik.

Dan, bukankah itu bagian dari janji Allah dari orang-orang yang bakal menerima pahala yang terus mengalir?*

Mas Imam Nawawi

 

 

Related Posts

Leave a Comment