Namaku Fadhilah Rasyidah, saat ini menuntut ilmu di STIS Hidayatullah Balikpapan. Kali ini kita akan ulas tentang menulis. Bagiku, menulis adalah a letter from God, realisasi dari manhaj ber-Iqra’ yang kemudian melahirkan manifestasi iman yang sesungguhnya.
Tulisan ini kususun usai mengikuti agenda yang Tim Media Center Ummul Qura Hidayatullah Balikpapan gelar dalam bentuk training jurnalistik bagi seluruh anggota Jurnalistik Putri dan Tim Media Putri (24/2/23).
Kegiatan ini menjadi bagian dari Road to Ramadhan 1444 H, yang merupakan program unggulan Mahasiswi guna melahirkan generasi muda khususnya muslimah yang cakap dalam hal jurnalistik.
Baca Juga: Anggun Tentang Menulis
Dalam acara yang berlangsung secara luring itu hadir pemateri cakap, yaitu Ustadz Imam Nawawi. Beliau adalah Ketua Umum Pemuda Hidayatullah (2020-2023) yang aktif menulis setiap hari dalam beragam bentuk, seperti berita, artikel dan cerita.
3 Jam yang Tak Terasa
Kegiatan training itu berlangsung 3 jam lamanya. Tetapi menarik, sampai-sampai tidak terasa panjangnya waktu diskusi soal jurnalistik. Terlebih pemateri mampu membuat suasana jadi seru, tidak kaku.
Menurutku itu karena Ustadz Imam tidak hanya membahas materi tentang tulis-menulis saja. Ustadz Imam mampu memberikan sisipan inspirasi yang menghentak kesadaran berpikir diriku dan teman-teman.
Usai acara teman-teman mengatakan bahwa sesi itu telah membuat para peserta menemukan tujuan sebenarnya menjadi tim jurnalistik dan menulis itu sendiri.
Bercinta
“Menulis adalah cara terbaik “bercinta” dengan Allah dan bisa terus mengerjakan perintah-Nya,” ujar pemateri dalam rangkaian ulasan materinya.
Ungkapan yang semakna dari Ketua Waka IV, “Bahwa literasi adalah bagian dari manhaj ber-iqra’ yang merupakan perintah pertama dari Allah sebagai salah satu syiar dakwah Islam itu sendiri.”
Jadi, menulis itu aktivitas utama, terlebih bagi mahasiswi, yang kelak akan menjadi pemimpin di tengah-tengah masyarakat. Cakap menulis berarti lihai membaca. Dan, menulis adalah membaca tiada henti. Ungkapan itu terus kuingat.
Baca Lagi: Menulis untuk Bermanfaat
Akhirnya pada sesi berikutnya seluruh tim siap meningkatkan kinerja dari seluruh anggota guna menghidupkan kembali peran setiap anggota jurnalistik sendiri, sehingga syiar dakwah dapat merambah ke seluruh penjuru tidak hanya dunia Islam tetapi menjadikan dunia sebagai kampung umat Islam.
Ya, Ustadz Imam mengatakan bahwa kalau ingin peradaban mulia menyebar ke seluruh dunia, pandanglah dunia ini sebagai kampung umat Islam. Jadi kalau nanti dakwah di berbagai belahan dunia pun, dari Maroko hingga Meksiko, kita tidak ada rasa takut, karena semua seperti kampung halaman, yang harus kita cintai dan bangun sepenuh hati.
Jadi, belajar menulis dari seorang yang juga organisatoris banyak hal kudapat, yang semua insha Allah penuh manfaat.*