Sekalipun menulis dengan laptop, tab atau bahkan HP kerap saya lakukan, menulis dengan pulpen tetap tidak saya tinggalkan.
Saya menggunakan menulis dengan pulpen pada dua situasi dan kondisi. Pertama, menghadiri acara offline, baik bedah buku, seminar atau lainnya.
Kedua, saya menggunakan pulpen saat mendengar podcast atau riset ringan untuk hal-hal yang saya perlukan, baik untuk menulis atau mengisi kajian religiusitas.
Efek Menenangkan
Menulis langsung, manual, dengan pulpen, memberikan kesempatan tubuh mengeluarkan emosi negatif. Akibatnya pikiran saya menjadi lebih tenang. Mengingatnya pun lebih mudah.
Baca Juga: Dari Mana Mulai Menulis?
Kalau Kang Maman, biasa menggunakan metode reading record, membaca sambil menuliskan poin penting.
Lebih dari apapun, menulis dengan pulpen, terutama untuk tulisan berbahasa Arab, mengingatkanku kembali masa sekolah di Madrasah Ibtidaiyah di Jember kala itu.
Anak-anakku biasanya menyukai tulisan arab. Mereka pun termotivasi untuk bisa menulis Arab dengan lebih baik.
Kemampuan Kognitif
Menulis dengan buku dan pulpen juga diyakini dapat meningkatkan kemampuan kognitif, terutama bagi siswa.
Saya sendiri merasakan itu sepertinya memang ada. Apa yang saya tulis dengan pulpen 3 hari lalu, saya masih bisa mengingatnya.
Kalau lupa, tinggal buka apa yang saya tulis, utamanya yang telah sepekan berlalu, mudah mengingatnya dan rasanya tetap jadi hal yang baru dalam jiwa.
Kabar dunia menyebutkan Finlandia menjadi negara yang telah menerapkan menulis secara manual. Mungkin dengan pensil dan buku. Mereka tidak lagi boleh menulis melalui laptop atau lainnya. Nah, apakah teman-teman mau mencoba juga?
Sungguh menulis dengan pena tetap berguna bahkan penuh manfaat. Meskipun bagi orang yang sudah lebih nyaman dengan laptop, teruskan saja. Karena pada prinsipnya bukan medianya apa dalam menulis. Tetapi apakah kita benar-benar mau belajar dan terus tumbuh dalam menulis.*