Kali ini bahasan kita dua kata saja, “Menuhankan apa?”
Meski begitu, dua kata itu tidak mudah orang untuk menjawab, apalagi memberikan sistem penjelas.
Sejauh ini kata “Tuhan” mungkin sebagian orang memandang dzat yang jauh.
Baca Juga: Kasih Sayang Allah
Akan tetapi, kalau kita maknai kata “Tuhan” seperti dalam kalimat syahadat, bahwa tidak ada Tuhan selain Allah.
Maka kita bisa ampil pemahaman bahwa semua selain Allah itu fana.
Dalam kata yang lain, jika dalam hidup seseorang ada yang ia pentingkan lebih dari Allah, apalagi sampai melupakan Allah, maka yang ia pentingkan itulah “tuhannya”.
Tidak Ditolong
Dalam Alquran, siapa saja yang menjadikan selain Allah sebagai sembahan, maka ia tidak akan beruntung dan tidak akan mendapat pertolongan.
“Dan mereka menyembah selain Allah, apa yang Allah tidak menurunkan keterangan tentang itu, dan apa yang mereka sendiri tiada mempunyai pengetahuan terhadapnya. Dan bagi orang-orang yang zalim sekali-kali tidak ada seorang penolongpun.” (QS. Al-Hajj: 71).
Dari ayat itu terang mengapa orang yang ingkar, menjadi kafir, tidak mendapatkan pertolongan. Yaitu karena mereka menuhankan hal yang tidak ada landasan ilmunya.
Pada saat yang sama mereka tahu, bagaimana Allah mengenalkan Dzat-Nya sebagai Tuhan dengan bukti dan ilmu yang terang melalui Alquran.
Tenang Vs Bergundang
Karena Tuhan dalam hidup ini hanya Allah, maka siapa yang menuhankan yang bukan Tuhan (Allah), pasti selama hidupnya, hati akan selalu bergundang.
Baca Lagi: Menulis itu Mencipta
Lihatlah orang yang menjadikan materi sebagai tuhan, sampai lupa kepada Allah, tidak mengindahkan adab, menjadi sombong dan enggan membantu anak yatim, maka mereka pasti hidup dalam kehancuran.
Sedangkan orang yang ingat dan sadar, serta selalu berusaha komitmen menjadikan Allah sebagai Tuhan, dalam kondisi apapun, ia akan selalu tenang, bahagia dan penuh syukur.
Dan, sebagai manusia kadang kita lupa, terseret angan-angan, terbawa emosi, dan perasaan, akhirnya mementingkan hal-hal yang tidak seharusnya.
Namun demikian, ketika kita sadar lalu mengingat Allah, maka Allah mendatangkan ketenangan dalam hati ini.
“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’du: 28).*