Home Artikel Menjadi Pribadi Sehat Mental, Ini Rumusnya!
Rumus Sehat Mental

Menjadi Pribadi Sehat Mental, Ini Rumusnya!

by Imam Nawawi

Kalau kita sulit berpikir jernih. Dalam arti susah konsentrasi, sering bingung. Kemudian mudah lupa karena daya ingat menurun. Serta pikiran kacau kena delusi atau halusinasi, maka kita tengah mengalami yang namanya sakit mental. Mental kita tidak sedang baik-baik saja.

Celakanya, sakit mental itu terkadang tak selalu tampak secara fisik. Nanti kalau sudah mulai muncul tindakan aneh (impulsif) baru orang lain menyadari, bahwa seseorang telah mengalami sakit mental.

Survei I-NAMHIS (Indonesia National Adolescent Mental Health Survey) tahun 2022 menunjukkan bahwa 5,5% remaja usia 10-17 tahun didiagnosis memiliki gangguan mental.

Sementara itu data Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) menunjukkan bahwa sekitar 1 dari 10 orang di Indonesia mengidap gangguan mental.

Artinya, orang hidup dan mengalami sakit mental telah ada dan mungkin akan terus bertambah. Pada kenyataan ini kita memang harus mengerti bagaimana mengatasi sakit mental itu.

Sehatkan Mental dengan Shalat

Ust. Nursyamsa Hadits dalam kajian Ramadan di Masjid Ummul Qura Depok (9/3) mengatakan bahwa satu dari solusi bagi seorang Muslim untuk hidup sehat, tidak saja fisik, tetapi juga mental adalah shalat.

“Kita harus mengerti bahwa shalat adalah jalan, solusi menjadi sehat mental. Itu kenapa Allah memerintahkan kita meminta tolong dengan sabar dan shalat,” tegasnya.

Dampak Shalat Bagi Jiwa dan Raga

Mari kita bedah, dampak shalat bagi tubuh.

Secara fisiologis, gerakan shalat seperti ruku’ dan sujud memicu relaksasi otot, meningkatkan sirkulasi darah ke otak, dan mengaktifkan respons sistem saraf parasimpatis yang menurunkan kadar kortisol (hormon stres).

Selain itu, ritme pernapasan yang teratur selama shalat menyerupai teknik meditasi atau mindfulness , yang terbukti secara ilmiah mengurangi gejala kecemasan dan depresi.

Studi neurosains juga menunjukkan bahwa aktivitas spiritual yang konsisten dapat memperkuat konektivitas otak di area yang mengatur emosi, seperti korteks prefrontal dan amigdala, sehingga meningkatkan regulasi emosional.

Kemudian, dari segi psikologis, shalat berfungsi sebagai coping mechanism yang membantu individu mengelola stres melalui struktur ritual yang memberikan rasa kontrol dan stabilitas.

Dengan demikian, shalat bukan sekadar ritual, tetapi alat psikologis yang memadukan disiplin fisik, regulasi emosi, dan penerimaan diri untuk mengatasi sakit mental.

Dalam kata yang lain, siapa tidak shalat sebenarnya dia memupuk kerugian.

Secara logis, shalat bisa menjadi penolong karena dapat memberikan ketenangan batin, kekuatan spiritual, dan kedekatan dengan Allah. Shalat juga dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar.

Apakah seseorang yang memperoleh kekayaan dari korupsi dana rakyat dan tidak menjalankan shalat bisa disebut beruntung?

Jadi, dengan shalat kita tidak saja akan sehat secara mental, tetapi juga selamat dari sisi kerusakan moral. Dengan demikian, mari perbaiki shalat, insya Allah jiwa raga akan sehat selalu, penuh berkah.*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment